Thursday, October 17, 2013
2:08 PM | Ditulis oleh,
Aswanto Sucahyo
Beberapa
tanaman “memperhitungkan" bahwa struktur Aerodinamis cocok untuk
penyebaran serbuk sari oleh angin, dan setiap generasi berikutnya
menggunakan cara yang sama. Sedangkan tanaman yang Lain "memahami" bahwa
mereka tidak akan cukup dengan memanfaatkan angin dan, untuk alasan
ini, mereka menggunakan serangga untuk membawa serbuk sari mereka.
Mereka "tahu" bahwa mereka harus dapat menarik serangga kepada mereka
untuk dapat berkembang biak, dan mencoba berbagai cara untuk menarik
para serangga. Mereka secara khusus mengidentifikasi hal yang disukai
serangga.
Setelah menemukan nektar dan aroma yang efektif untuk serangga, mereka menghasilkan aroma dengan berbagai proses kimiawi dan memberikan hasil produksinya ketika mereka telah menetapkan waktu yang tepat untuk melakukannya. Mereka mengidentifikasi rasa dalam nektar yang akan disukai oleh serangga dan keseluruhan dari zat-zat di dalamnya, dan memproduksi sendiri. Jika bau dan nektar tidak cukup untuk menarik serangga kepada mereka, mereka memutuskan untuk mencoba metode lain, dan, agar sesuai dengan situasi ini, yaitu dengan cara "meniru dan mengimitasi".
Lebih
jauh lagi, mereka "menghitung" volume serbuk sari yang akan mencapai
tanaman lain dengan spesies yang sama dan juga jarak yang harus
dilakukan untuk melakukan perjalanan, dan atas dasar ini, mereka
menghasilkan serbuk sari dalam jumlah yang paling sesuai dan pada Saat
yang paling tepat Mereka "berpikir" tentang kemungkinan-kemungkinan
yang mungkin mencegah serbuk sari mencapai sasarannya dan "mengambil
tindakan" terhadap hal tersebut. Tentu saja, skenario seperti itu tidak
akan pernah menjadi kenyataan: pada kenyataannya, skenario seperti ini
di luar dari aturan logika.
Tidak ada strategi tersebut di atas dapat dibuat oleh tanaman biasa, karena tanaman tidak bisa berpikir, tidak dapat menghitung waktu, tidak dapat menentukan ukuran dan bentuk, tidak dapat menghitung kekuatan dan arah angin, tidak dapat menentukan sendiri jenis teknik itu akan perlu untuk pembuahan, tidak dapat berpikir bahwa ia akan memiliki untuk menarik serangga itu belum pernah dilihat, dan lebih jauh lagi, tidak bisa memutuskan metode apa yang akan harus dilakukan dengan salah satu atau dari semua cara tersebut.
Tidak
peduli berapa banyak rincian yang berkembang, dari pendekatan apa
kepada subjek yang digunakan, dan logika apa yang digunakan, kesimpulan
bahwa ada sesuatu yang luar biasa dalam hubungan antara tanaman dan
hewan tidak akan pernah berubah.
Para Makhluk hidup ini diciptakan secara serasi satu dengan yang lainnya. Sistem sempurna yang saling menguntungkan ini menunjukkan kepada kita bahwa kekuatan yang menciptakan baik bunga dan serangga mengetahui kedua jenis makhluk hidup tersebut dengan sangat baik, dan mengetahui semua kebutuhan mereka, dan menciptakan mereka untuk saling melengkapi satu sama lain. Kedua makhluk hidup adalah karya daripada Tuhan semesta alam, Allah Swt, yang mengetahui mereka dengan sangat baik, yang dengan tanpa terkecuali mengatahui segalanya. Mereka dibebankan dengan menggambarkan kebesaran Allah, kekuasaan-Nya Yang Maha Tinggi, dan seni tanpa cela-Nya kepada Manusia.
Tanaman tidak memiliki pengetahuan tentang eksistensi mereka sendiri, begitu juga cara untuk menjalankan kemampuan luar biasa mereka, karena hal tersebut berada di bawah pengendalian Allah SWT, yang merencanakan setiap kemampuan tersebut, yang menciptakan segala sesuatu di alam semesta, dan yang terus menciptakan setiap saat. Kebenaran ini diberitakan kepada kita oleh Allah SWT dalam Al Qur'an: Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepada Nya. (QS. Ar-Rahman; 6)
www.id.harunyahya.com
Setelah menemukan nektar dan aroma yang efektif untuk serangga, mereka menghasilkan aroma dengan berbagai proses kimiawi dan memberikan hasil produksinya ketika mereka telah menetapkan waktu yang tepat untuk melakukannya. Mereka mengidentifikasi rasa dalam nektar yang akan disukai oleh serangga dan keseluruhan dari zat-zat di dalamnya, dan memproduksi sendiri. Jika bau dan nektar tidak cukup untuk menarik serangga kepada mereka, mereka memutuskan untuk mencoba metode lain, dan, agar sesuai dengan situasi ini, yaitu dengan cara "meniru dan mengimitasi".

Tidak ada strategi tersebut di atas dapat dibuat oleh tanaman biasa, karena tanaman tidak bisa berpikir, tidak dapat menghitung waktu, tidak dapat menentukan ukuran dan bentuk, tidak dapat menghitung kekuatan dan arah angin, tidak dapat menentukan sendiri jenis teknik itu akan perlu untuk pembuahan, tidak dapat berpikir bahwa ia akan memiliki untuk menarik serangga itu belum pernah dilihat, dan lebih jauh lagi, tidak bisa memutuskan metode apa yang akan harus dilakukan dengan salah satu atau dari semua cara tersebut.

Para Makhluk hidup ini diciptakan secara serasi satu dengan yang lainnya. Sistem sempurna yang saling menguntungkan ini menunjukkan kepada kita bahwa kekuatan yang menciptakan baik bunga dan serangga mengetahui kedua jenis makhluk hidup tersebut dengan sangat baik, dan mengetahui semua kebutuhan mereka, dan menciptakan mereka untuk saling melengkapi satu sama lain. Kedua makhluk hidup adalah karya daripada Tuhan semesta alam, Allah Swt, yang mengetahui mereka dengan sangat baik, yang dengan tanpa terkecuali mengatahui segalanya. Mereka dibebankan dengan menggambarkan kebesaran Allah, kekuasaan-Nya Yang Maha Tinggi, dan seni tanpa cela-Nya kepada Manusia.
Tanaman tidak memiliki pengetahuan tentang eksistensi mereka sendiri, begitu juga cara untuk menjalankan kemampuan luar biasa mereka, karena hal tersebut berada di bawah pengendalian Allah SWT, yang merencanakan setiap kemampuan tersebut, yang menciptakan segala sesuatu di alam semesta, dan yang terus menciptakan setiap saat. Kebenaran ini diberitakan kepada kita oleh Allah SWT dalam Al Qur'an: Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepada Nya. (QS. Ar-Rahman; 6)
www.id.harunyahya.com
1:43 PM | Ditulis oleh,
Aswanto Sucahyo
Setelah
hidup selama tiga atau empat dekade, tubuh seseorang mulai mengalami
perubahan tertentu. Kulitnya keriput, rambutnya beruban dan akan rontok,
tubuhnya kehilangan energi, metabolisme tubuhnya melambat, indera
pendengaran dan penglihatannya melemah dan mulai pikun. Alasan dari
semua perubahan itu yang diakhiri kematian dinamakan “menjadi tua”.
Apakah Anda pernah berpikir mengapa manusia menjadi tua?
Jika
tubuh manusia tidak terdiri dari tulang dan daging, menurunnya kondisi
tubuh manusia tidak akan terlalu cepat. Karena daging dan lemak berasal
dari materi yang rusak dalam beberapa jam jika disimpan di suhu ruangan.
Berikutnya, kita akan mengamati urutan usia tua yang merupakan sebuah
proses yang tidak dapat seorangpun hindari.
Perubahan bentuk kulit

Saat
seseorang bertambah usia, kulit kehilangan keelastisannya karena
struktur protein yang merupakan bahan baku ”rangka tubuh” di lapisan
bawah kulit menjadi sensitif dan lemah. Karena itulah keriput dan
garis-garis, sebuah mimpi buruk untuk sebagian besar orang, muncul di
wajah. Fungsi dari kelenjar minyak di lapisan atas kulit melambat,
menyebabkan kekeringan akut. Pada akhirnya, tubuh terekspos pada
pengaruh di luar tubuh karena sifat yang dapat ditembus dari kulit
meningkat.
Sebagai hasil dari proses ini, orang-orang tua menderita
kesulitan tidur yang serius, luka luar, dan penyakit gatal, yang bisa
disebut “penyakit gatal orangtua”. Kerusakan juga terjadi di lapisan
bawah kulit. Mekanisme pengantian jaringan kulit dan zat yang gagal
berfungsi, menjadi tempat untuk berkembangnya tumor.
Kekuatan
tulang juga penting bagi tubuh manusia. Upaya untuk mendapatkan postur
yang tegak jarang sekali berhasil dilakukan orang-orang tua, sementara
akan lebih mudah untuk orang muda. Berjalan dengan postur membungkuk,
seseorang akan kehilangan kesombongan, memberikan pesan bahwa dia tidak
lagi memiliki kemampuan bahkan untuk mengontrol tubuhnya sendiri. Oleh
karena itu, hal ini juga merupakan pertanda hilangnya kepercayaan diri
dan keanggunan.
Gejala
penuaan tidak hanya sebatas itu. Orang-orang tua lebih mudah kehilangan
fungsi indera karena sel syaraf berhenti memperbarui diri setelah usia
tertentu. Orang-orang tua mengalami disorientasi ruang karena melemahnya
indera penglihatan sebagai respon dari intensitas cahaya. Hal ini
sangat penting karena berarti ada batasan dari penglihatan yaitu
kejelasan warna, posisi dan dimensi benda menjadi samar. Hal seperti
itu, tentu saja, situasi sulit untuk diadaptasi orang-orang tua.

Teori ilmiah tentang penuaan
Para
ilmuwan telah memperkenalkan berbagai teori tentang penuaan. Ahli
biologi molekular menjelaskan penuaan dengan fungsi pembelahan sel.
Penuaan sel terjadi dengan kecepatan berbeda di berbagai organisme. Di
dalam tabung tes, sel normal dapat membelah diri 50 kali. Akan tetapi
saat seseorang bertambah tua fungsi pembelahan sel melambat. Karena itu
jaringan yang tidak dapat memperbaharui diri mulai menua.
Salah satu
teori yang dapat menjelaskan alasan melambat ini adalah Teori Binasa.
Menurut teori ini penuaan adalah hasil dari pembinasaan yang disebabkan
materi yang dinamakan radikal bebas di dalam tubuh. Radikal bebas adalah
nama umum dari atom, molekul dan ion yang memiliki elektron bebas.
Atom, molekul dan ion tersebut merupakan logam berat seperti ozon dan
karbonmonoksida yang terdapat di udara atau melalui makanan yang kita
makan.
Kerusakan paling serius pada tubuh dapat disebabkan radikal bebas
pada oksigen. Dengan asumsi bahwa efek oksidan meningkatkan kerusakan
yang mengakibatkan kelainan seperti diabetes atau serangan jantung yang
dapat memperpendek usia seseorang.
Teori
Program, di sisi lain, menjelaskan penuaan akibat faktor genetik.
Menurut struktur yang ada di dalam DNA dan pembelahan sel mempengaruhi
fungsi sel. Struktur ini merupakan hasil dari fungsi perluasan ribosom,
komponen sel yang bertanggung jawab untuk perpaduan protein disebut juga
Sindrom Werner yang merupakan penyakit mematikan yang dikenal dengan
penyakit penuaan dini. Pasien yang memperlihatkan perkembangan normal
saat remaja, mulai menua dengan cepat dan meninggal di awal usia 30-an.
Akhir yang tidak dapat dihindari
Sementara para ilmuwan mengembangkan berbagai teori
tentang penuaan, penuaan itu sendiri tidak dapat dihindari dari setiap
manusia. Baik mungkin karena pembelahan sel atau faktor genetik, tidak
ada seorang pun yang mampu melawan penuaan. Walaupun penelitian
anti-penuaan memberikan kontribusi penuaan yang cukup lambat dan dapat
memberikan beberapa jalan keluar untuk masalah yang berhubungan dengan
penuaan, tidak ada jalan keluar pasti untuk penuaan. Di dalam Alqur’an
Allah SWT menjelaskan waktu antara kelahiran dan kematian sebagai
berikut :
Dialah
yang menciptakanmu dari tanah, kemudian dari setetes mani, lalu dari
segumpal darah, kemudian kamu dilahirkan sebagai seorang anak, kemudian
dibiarkan kamu sampai dewasa, lalu menjadi tua. Tetapi di antara kamu
ada yang dimatikan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) agar kamu sampai
kepada kurun waktu yang ditentukan, agar kamu mengerti. (Surat
Al-Mu’min : 67)
Dengan
berjalannya waktu, seseorang harus menghadapi kelemahan yang
dihubungkan dengan usia tua. Menjadi tua adalah pertanda penting bagi
kelemahan manusia. Di dalam Alqur’an Allah SWT menjelaskan situasi
orang-orang tua dengan “tidak mengetahui lagi sesuatu yang pernah
diketahuinya”
Dan
Allah telah menciptakan kamu, kemudian mewafatkanmu, di antara kamu ada
yang dikembalikan kepada usia yang tua renta (pikun), sehingga dia
tidak mengetahui lagi sesuatu yang pernah diketahuinya. Sungguh, Allah
Maha Mengetahui, Mahakuasa. (Surat An-Nahl : 70)

Seperti halnya kelahiran, ada dari sesuatu yang tadinya tidak ada, kematian juga merupakan takdir. Kehidupan seseorang adalah sesuatu yang ditakdirkan kepadanya; sama halnya dengan kelahiran dan kematiannya, yang dilakukan seumur hidupnya juga berada di bawah kontrol Allah SWT.
Lagipula, manusia akan dimintakan pertanggunggjawaban atas tindakannya. Untuk alasan itu, manusia harus sangat cermat hidup berdasarkan moralitas Alqur’an yang dijelaskan sebagai berikut :
Katakanlah
(Muhammad), “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku
hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam. (Surat Al-An’am : 162)
(id.harunyahya.com)
1:33 PM | Ditulis oleh,
Aswanto Sucahyo
Kadang
kala orang menghadapi penderitaan fisik dan rohani serta berbagai
kesulitan di dunia. Perasaan-perasaan (penderitaan) ini begitu kuat
sehingga tidak bisa dibandingkan dengan rasa sakit fisik manapun.
Perasaan yang menyebabkan tekanan besar dalam jiwa manusia yang dimaksud
disini adalah sebuah perasaan yang disebut dengan 'penyesalan'.
Mereka akan berkata:
Ada
dua bentuk penyesalan yang sangat berbeda satu sama lain. Yaitu,
penyesalan yang dirasakan oleh orang beriman dan penyesalan yang
dialami orang yang tidak beriman (kafir).
Orang-orang
yang beriman adalah orang-orang yang memiliki kepercayaan sepenuhnya
bahwa setiap peristiwa yang terjadi merupakan Kehendak Allah, dan apa
pun yang menimpa mereka juga atas Kehendak Allah.
Hal ini menjelaskan betapa mereka memiliki kepercayaan penuh dan tidak berputus asa pada Tuhan serta melaksanakan ibadah untuk memperoleh ketenangan, pada waktu-waktu yang utama, baik ketika berada dalam masalah atau ketika mereka melakukan kesalahan. Ketika melakukan kesalahan, orang beriman segera bertobat dengan tulus dan berharap ampunan dari Allah. Oleh karena itu, ia tidak mengalami penderitaan batin yang amat sulit dan penyesalan hidup yang berkepanjangan.
Penyesalan yang dirasakan oleh orang beriman mendesak mereka untuk bertobat, untuk menyucikan diri dan mencegah mereka untuk mengulangi kesalahan ini. Hal ini membantu mereka memperbaiki kesalahan mereka dan mencegah mereka terjun ke dalam suasana hati yang amat sulit dan pesimis. Selain itu, penyesalan ini tidak mengurangi antusiasme mereka, pengabdian, atau semangat keagamaan, dan juga tidak menyeret mereka pada sebuah lingkaran ketakutan dan depresi.
Hal ini menjelaskan betapa mereka memiliki kepercayaan penuh dan tidak berputus asa pada Tuhan serta melaksanakan ibadah untuk memperoleh ketenangan, pada waktu-waktu yang utama, baik ketika berada dalam masalah atau ketika mereka melakukan kesalahan. Ketika melakukan kesalahan, orang beriman segera bertobat dengan tulus dan berharap ampunan dari Allah. Oleh karena itu, ia tidak mengalami penderitaan batin yang amat sulit dan penyesalan hidup yang berkepanjangan.
Penyesalan yang dirasakan oleh orang beriman mendesak mereka untuk bertobat, untuk menyucikan diri dan mencegah mereka untuk mengulangi kesalahan ini. Hal ini membantu mereka memperbaiki kesalahan mereka dan mencegah mereka terjun ke dalam suasana hati yang amat sulit dan pesimis. Selain itu, penyesalan ini tidak mengurangi antusiasme mereka, pengabdian, atau semangat keagamaan, dan juga tidak menyeret mereka pada sebuah lingkaran ketakutan dan depresi.
Di
sisi lain, penyesalan yang dirasakan oleh orang-orang kafir sangat
menyedihkan dan konstan, karena mereka tidak bertawakal kepada Allah
ketika mereka menghadapi kesulitan atau melakukan hal yang dilarang oleh
Allah. Sepanjang hidup mereka, mereka sering mengungkapkan "Saya
berharap saya tidak melakukan ini ..." "Saya berharap saya tidak pernah
mengatakan ini ...", dan sebagainya.
Lebih
pentingnya lagi, orang-orang kafir akan terjebak pada sebuah penyesalan
yang jauh lebih besar di akhirat. Mereka yang memisahkan urusan agama
dengan urusan dunia (sekuler), akan menyesal setiap saat dalam kehidupan
mereka. Mereka telah diberi peringatan sebelumnya dan ditunjukkan jalan
yang lurus. Mereka memiliki cukup waktu untuk merenungkan dan
memikirkan mana yang benar.
Namun mereka tidak mendengarkan ketika mereka diperingatkan, mengabaikan akhirat seolah-olah mereka tidak akan pernah mati. Kemudian di akhirat, mereka tidak akan memiliki kesempatan untuk kembali ke dunia ini dan memperbaiki kesalahan mereka. Dalam Al-Qur'an, ungkapan penyesalan mereka tertulis sebagai berikut:
Namun mereka tidak mendengarkan ketika mereka diperingatkan, mengabaikan akhirat seolah-olah mereka tidak akan pernah mati. Kemudian di akhirat, mereka tidak akan memiliki kesempatan untuk kembali ke dunia ini dan memperbaiki kesalahan mereka. Dalam Al-Qur'an, ungkapan penyesalan mereka tertulis sebagai berikut:
Sesungguhnya
Kami telah memperingatkan kepadamu (hai orang kafir) siksa yang dekat,
pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya;
dan orang kafir berkata: "Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah
tanah."
(QS. An-Naba', (78):40)
Dan
jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu
mereka berkata: "Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak
mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang
beriman", (tentulah kamu melihat suatu peristiwa yang mengharukan).
(QS. Al-An'am, (6):27)
Mereka akan berkata:
Dan
mereka akan berkata: “Kalau saja kami benar-benar mendengarkan atau
menggunakan akal kami (memikirkan peringatan itu), maka tidaklah kami
termasuk penghuni-penghuni neraka yang apinya menyala-nyala.”
(QS. Al-Mulk, (67):10)
Perlu
diingat bahwa pada hari itu tidak seorang pun yang menyesal akan
diselamatkan dari murka Allah. Satu-satunya cara untuk menghindari
penyesalan ini adalah dengan tunduk kepada Allah selagi masih ada waktu
dan mematuhi segala perintah Allah.
Patuhilah
seruan Tuhanmu sebelum datang dari Allah suatu hari yang tidak dapat
ditolak kedatangannya. Kamu tidak memperoleh tempat berlindung pada hari
itu dan tidak (pula) dapat mengingkari (dosa-dosamu).
(QS. Asy-Syuura, (42):47)
(sumber; www.id.HarunYahya.com)
Thursday, October 10, 2013
1:04 PM | Ditulis oleh,
Aswanto Sucahyo
Pada awalnya, keluarga Rasulullah SAW tidak jauh berbeda dengan yang
lain. Beliau menikah dengan Khadijah binti Khuwaylid, seorang saudagar
kaya yang saat itu telah menjadi janda. Rasulullah telah bekerja sebagai
manager ekspedisi perniagaan Khadijah sebelum beliau mengawininya.
Beliau sangat mencintai dan menyayangi Khadijah sampai akhir hayatnya, dan hanya menikah lagi sepeninggal Khadijah. Ada banyak kisah yang menceritakan betapa cinta dan sayangnya Rasulullah SAW kepada istrinya ini. Perkawinan-perkawinan Rasulullah SAW berikutnya dilatarbelakangi oleh beberapa hal namun tidak ada yang didasarkan pada hawa nafsu belaka. Berikut ini nama-nama “Ummahatul-Mu’minin” menurut kronologi pernikahan mereka dengan Rasulullah SAW:
Sumber: http://cara-muhammad.com/sahabat/istri-istri-rasulullah-saw/
Beliau sangat mencintai dan menyayangi Khadijah sampai akhir hayatnya, dan hanya menikah lagi sepeninggal Khadijah. Ada banyak kisah yang menceritakan betapa cinta dan sayangnya Rasulullah SAW kepada istrinya ini. Perkawinan-perkawinan Rasulullah SAW berikutnya dilatarbelakangi oleh beberapa hal namun tidak ada yang didasarkan pada hawa nafsu belaka. Berikut ini nama-nama “Ummahatul-Mu’minin” menurut kronologi pernikahan mereka dengan Rasulullah SAW:
- Khodijah binti Khuwailid RA. (556-619 M)
Status ketika menikah: Janda karena ditinggal wafat oleh 2 suami terdahulu, yaitu Abi Haleh Al Tamimy dan Oteaq Almakzomy
Periode menikah: Tahun 595M di Mekkah ketika usia Rasulullah SAW 25 tahun dan Khodijah 40 tahun.
Anak: Dari pernikahannya dengan Khodijah, Rasulullah SAW memiliki sejumlah anak laki-laki dan perempuan. Akan tetapi semua anak laki-laki beliau (Al-Qosim dan Abdullah) meninggal. Sedangkan yang anak-anak perempuan beliau adalah: Zainab, Ruqoyyah, Ummu Kultsum dan Fatimah.
Fakta penting: Khodijah RA adalah orang pertama yang mengakui kerasulan suaminya. Rasulullah SAW tidak menikah dengan wanita lain selama Khodijah masih hidup. Khodijah adalah istri yang paling dicintai Rasulullah SAW. - Saudah binti Zam’a RA. (596 – 674 M)
Status ketika menikah: Janda dari Sakran bin ‘Amr bin Abdi Syams yang turut berhijrah ke Habsyah (Abyssinia, Ethiopia)
Periode menikah: Tahun 631M ketika Saudah berusia 35 tahun.
Anak: tidak ada.
Fakta penting: Tujuan Rasulullah SAW menikahinya adalah untuk menyelamatkannya dari kekafiran akibat menjanda. Keluarga Saudah RA masih kafir dan dipastikan akan mempengaruhi kembali Saudah jika tidak diselamatkan. - Aisyah binti Abu Bakar RA. (614-678 M)
Status ketika menikah: Gadis. Aisyah RA berumur antara 6 hingga 9 tahun ketika Rasulullah menikahinya. Tetapi mereka baru bercampur setelah Aisyah cukup umur.
Periode menikah: bulan Syawal tahun kesebelas dari kenabian, setahun setelah beliau menikahi Saudah atau dua tahun dan lima bulan sebelum Hijrah.
Anak: tidak ada.
Fakta penting: Rasulullah SAW tidak pernah menikahi seorang gadis selain Aisyah. Tujuan Rasulullah SAW menikahinya adalah untuk mendekatkan hubungan dengan keluarga Abu Bakar (yang merupakan sahabat utama Rasulullah SAW dan merupakan khalifah pertama setelah Rasulullah SAW meninggal). - Hafsoh binti Umar bin Khatab RA. (607-antara 648 dan 665 M)
Status ketika menikah: Janda dari Khunais bin Hudzaifah yang gugur sebagai syahid dalam Perang Badar.
Periode menikah: tidak lama setelah Perang Badar usai, tahun ke-3 Hijriyah
Anak: tidak ada.
Fakta penting: Rasulullah SAW menikahinya untuk menghormati ayah Hafsoh, yaitu Umar bin Khatab RA yang kelak menjadi khalifah kedua setelah Rasulullah SAW meninggal. - Zainab binti Khuzaimah RA. (595-626 M)
Status ketika menikah: Janda dari Abdullah bin Jahsi yang gugur sebagai syahid di Perang Uhud.
Periode menikah: tahun ke-4 Hijriyah
Anak: tidak ada.
Fakta penting: Zainab RA meninggal dunia 2-3 bulan setelah menikah dengan Rasulullah SAW. - Ummu Salamah Hindun binti Abu Umayyah RA. (599–683 M)
Status ketika menikah: Janda dari Abu Salamah dengan meninggalkan 2 anak laki-laki dan 2 anak perempuan.
Periode menikah: bulan Syawal tahun ke-4 Hijriyah.
Anak: tidak ada.
Fakta penting: Rasulullah SAW menikahinya dengan tujuan menjaga keluarga dan anak-anak Ummu Salamah. - Zainab binti Jahsyi bin Royab RA. (588/561 – 641 M)
Status ketika menikah: Janda cerai dari Zaid bin Haritsah, anak angkat Rasulullah SAW.
Periode menikah: bulan Dzulqoidah tahun ke-5 Hijriyah.
Anak: tidak ada.
Fakta penting: Zainab adalah putri bibi Rasulullah SAW. Rasulullah SAW menikahinya atas perintah Allah SWT (QS: 33:37) - Juwairiyah binti Al-Harits RA. (605-670 M)
Status ketika menikah: Janda dari Masafeah Ibn Safuan.
Periode menikah: bulan Sya’ban tahun ke-6 Hijriyah.
Anak: tidak ada.
Fakta penting: Juwairiyah RA adalah putri dari al-Harits bin Dhirar, pemimpin Bani Mustalik yang pernah berkomplot untuk membunuh Rasulullah SAW, namun berhasil ditaklukan. Juwairiyah kemudian menjadi tawanan perang yang dimiliki oleh Tsabit bin Qais bin Syimas, kemudian ditebus oleh Rasulullah SAW. Rasulullah SAW kemudian menikahinya untuk melunakkan hati sukunya kepada Islam. - Ummu Habibah Ramlah binti Abu Sufyan RA (591-665 M)
Status ketika menikah: Janda dari Ubaidillah bin Jahsy yang hijrah bersamanya ke Habsyah.
Periode menikah: bulan Muharrom tahun ke-7 Hijriyah lewat khitbah melalui raja Najasy.
Anak: tidak ada.
Fakta penting: suami Ummu Habibah pertama (Ubaidillah) tersebut murtad dan menjadi nasrani dan meninggal di Habsyah. Ummu Habibbah tetap istiqomah terhadap agamanya. Alasan Rasulullah SAW menikahinya adalah untuk menghibur beliau dan memberikan sosok pengganti yang lebih baik baginya. Selain itu sebagai penghargaan kepada mereka yang hijrah ke Habasyah karena mereka sebelumnya telah mengalami siksaan dan tekanan yang berat di Mekkah. - Shofiyyah binti Huyay bin Akhtob RA. (628–672 M)
Status ketika menikah: Janda dari Kinanah, salah seorang tokoh Yahudi yang terbunuh dalam perang Khaibar.
Periode menikah: 628 M, tahun ke-7 Hijriyah.
Anak: tidak ada.
Fakta penting: Shafiyah adalah istri Rasulullah SAW yang berlatarbelakang etnis Yahudi. Sukunya diserang karena telah melanggar perjanjian yang sudah mereka sepakati dengan kaum Muslimin. Shafiyyah termasuk salah seorang tawanan saat itu. Nabi berjanji menikahinya jika ia masuk Islam. Maka masuklah ia dalam Islam. - Maimunah binti Al- Harits RA. (602- 681 M)
Status ketika menikah: Janda dari Abd al-Rahman bin Abdil-Uzza.
Periode menikah: Dzulqoidah tahun ke-7 Hijriyah.
Anak: tidak ada.
Fakta penting: Rasulullah SAW menikahinya sebagai penghormatan bagi keluarganya yang telah saling tolong menolong dengannya. Maimunah sendirilah yang datang menemui Rasulullah SAW dan meminta agar menikahinya. - Mariah Al-Qibthiyah RA.
Status ketika menikah: Hamba sahaya Rasulullah SAW sebagai hadiah dari Muqauqis, seorang penguasa Mesir.
Periode menikah: 3 tahun sebelum Rasulullah SAW wafat.
Anak: Ibrahim (meninggal dunia pada usia 18 bulan).
Sumber: http://cara-muhammad.com/sahabat/istri-istri-rasulullah-saw/
Wednesday, October 9, 2013
8:52 AM | Ditulis oleh,
Aswanto Sucahyo
Bulan lalu sekitar tanggal 8 September 2013, Noya coba mengikuti
lomba menggambar dan mewarnai yang di selenggarakan oleh Gramedia Pondok
Gede. Lomba itu dibagi 3 kelompok, yaitu TK, SD Kelas 1-3, dan SD Kelas
4-6. Ini adalah kali pertama Noya ikut lomba. Meskipun tidak menang
tapi bisa menambah wawasan dan pengalaman dia.
Berikut ini beberapa moment yang terekam kamera.
Berikut ini beberapa moment yang terekam kamera.
Ini lho gambarku |
Wednesday, August 21, 2013
10:28 AM | Ditulis oleh,
Aswanto Sucahyo
Alhamdulillah Idul Fitri 1434H ini masih diberikan kesehatan dan rejeki sehingga dapat kembali bersirahturahmi dan mudik ke kampung. Perjalanan mudik dan balik tahun ini cukup lama hampir 24 jam, namun tetap dibuat enjoy saja. Seperti biasa setelah dari Madiun utk ke Magelang Saya melewati Cemoro Sewu utk menikmati suasana kabut dan sate kelincinya. Udaranya saat itu sedang sangat dingin, meskipun jam menunjukan pukul 12.30WIB namun sedang kabut sehingga sangat dingin.
Sesampainya di Magelang, kebiasan selanjutnya adalah mancing ikan di kolam belakang rumah, tapi kali ini bukan hanya mancing tapi langsung turun ke koalam utk ambil ikannya.
Berikut ini beberapa moment yang terekam.
Sesampainya di Magelang, kebiasan selanjutnya adalah mancing ikan di kolam belakang rumah, tapi kali ini bukan hanya mancing tapi langsung turun ke koalam utk ambil ikannya.
Berikut ini beberapa moment yang terekam.
Suasana Madiun saat mati lampu |
Gunung Lawu |
Pemandangan Tidak Kalah dgn Luar Negeri |
Menikmati Sate Kelinci |
Ayo Kita Tangkap Ikan |
Lele yang Cukup Besar |
Eksekusi Lele |
Ada yang Mau??? |
Main Kembang Api |
Gunung Merapi |
Panorama Sawangan |
Noya Sempat Panas krn Terlalu Lelah |
Gunung Lawu |
Makan Siang Ayam Bakar Gandu - Ngawi |
Wednesday, May 22, 2013
1:17 PM | Ditulis oleh,
Aswanto Sucahyo
Alhamdulillah, akhirnya setelah beberapa kali mencoba sepeda lamanya yang masih kecil selalu gagal karena sudah tidak bisa dinaiki lagi, Noya meminta sepeda baru. Sebelumnya sempat berpikir juga, kira-kira sepeda apa yang cocok dan bagus serta tahan lama. Setelah melihat dan membandingkan akhirnya pilihan jatuh pada Seli alias Sepeda Lipat. Memang harganya cukup tinggi namun dilihat dari sisi ringkas dan mudah dibawa maka akhirnya terpilihlah sepeda lipat.
Sepeda lipat ini merek Exotic 2.0 ukuran 20" dengan rem cakram di roda depan dan belakang. Cukup besar untuk Noya yang saat ini baru berusia 5,5 tahun, namun karena tinggi badannya cepat tumbuh maka Saya pastikan 3-5bulan kedepan Noya sudah bisa menaikinya sendiri, meskipun saat ini Noya sudah mulai bisa dengan masih dibantu sedikit-sedikit saat berhenti.
Berikut ini Seli dan Noya saat berpose...
Subscribe to:
Posts (Atom)