Tuesday, April 30, 2013
Saat Ulang Tahun TMII yang ke 38, 20 April 2013 lalu  ada beberapa moment yang sempat di rekam di kamera Noya.








Friday, April 5, 2013



uyku01(1)Sebagaimana diungkapkan dalam Al Quran, setiap makhluk yang bernyawa pasti merasakan mati. Kematian akan datang di waktu yang tidak terduga. Waktu kematian setiap manusia – tahun, bulan, hari, jam, dan detik – telah diputuskan dalam Pandangan Allah yang Maha Besar. Tidak ada cara untuk mempercepat atau menunda datangnya kematian. Allah akan mengambil kembali jiwa kita dengan cara yang dikehendakiNya, menggunakan sebab yang natural seperti sakit untuk beberapa orang, kecelakaan lalu lintas untuk yang lain, atau usia lanjut dan lain sebagainya. Dan jika Dia telah berkehendak, kematian pun dapat datang di saat kita tertidur.
Manusia telah akrab dengan tidur. Mereka cukup yakin bahwa mereka akan bangun dan beranjak dari tempat tidur di keesokan harinya. Sebelum tidur mereka merencanakan hal-hal untuk hari berikutnya dan berpikir tentang apa yang akan mereka pakai, bagaimana mereka akan pergi, siapa yang akan mereka temui, dan apa yang akan mereka lakukan. Dalam pikiran mereka, hari akan diisi dengan belanja, rapat, pergi bekerja atau pergi ke dokter. Mereka merencanakan hari dalam keyakinan bahwa mereka akan bangun di hari itu. Tetapi seseorang dapat mati dalam tidur dalam peristiwa penting yang diharapkan. Seseorang lagi dapat selamat dari penyakit dan operasi dan hidup setelah kecelakaan lalu lintas namun tetap kematian akan mendatanginya saat seseorang sedang tertidur, saat yang lain mengharapkan paling sedikir. Dalam Al Quran, Allah yang Maha Besar mengungkapkan:
Dan Dialah yang menidurkan kamu pada malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang hari. Kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umurmu yang telah ditetapkan. Kemudian kepada-Nya tempat kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Surat Al-An’am ayat 60)
uyuyanbebekDalam ayat ini Allah mengungkapkan bahwa tidur merupakan salah satu jenis “Kematian”. Allah mematikan kita dalam tidur dan membangunkan kita lagi ketika Dia menghendakinya. Tetapi ketika kita tidur, tidak ada jaminan bahwa kita akan bangun kembali. Beberapa orang ditakdirkan untuk mati dalam tidurnya. Allah mengambil jiwa orang-orang yang dikehendaki-Nya ketika mereka tertidur, dan mengizinkan yang lain untuk bangun kembali di waktu yang ditentukan:
Allah memegang nyawa (seseorang) pada saat kematiannya dan nyawa (seseorang) yang belum mati ketika dia tidur, maka Dia tahan nyawa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia lepaskan nyawa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran) Allah bagi kaum yang berpikir. (Surat Az-Zumar ayat 42)
Kita bangun dari tidur karena kehendak Allah. Ada orang yang memasang jam alarm untuk bangun di waktu yang ditetapkan. Ada yang menganggap bahwa dia akan terbangun setelah mendengar alarm berbunyi. Tetapi kenyataannya hanya Allah, Tuhan semesta alam, Yang membuat alarm berbunyi. Yang mengizinkan kita untuk mendengarnya, Yang mengembalikan jiwa kita dan kepada-Nya semua rasa syukur berpulang.
(Harun Yahya)
Tidak seorangpun dari kita memiliki kemampuan yang mandiri. Dalam setiap segi kehidupan, kita selalu bergantung kepada Allah atas kemurahan, keberkahan dan kasih sayang-Nya, serta bergantung pula atas perlindungan-Nya demi keselamatan kita. Tuhan kita, Pemilik rahmat yang tak terbatas, menjelaskan bahwa Dia akan mengabulkan setiap doa dan permohonan hamba-Nya.

"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku Kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran. (QS. Al-Baqarah, 186)

Dan Tuhan-mu Berfirman, ”Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku Perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang -orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (QS. Al-Ghafir, 60)


Merupakan sebuah fakta bahwa Allah, Penguasa Tunggal dan Pemilik segalanya, baik yang bersifat sementara maupun bersifat bathiniah, mendengar setiap doa yang dipanjatkan, mengetahui segala sesuatu yang terpikirkan di dalam benak seseorang, dan mengabulkan setiap doa yang dipintakan. Hal tersebut merupakan sebuah kemurahan dan keberkahan terbesar Allah kepada hamba-Nya.

Sesungguhnya Kami akan Menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari tampilnya para saksi (hari Kiamat). (Al-Ghafir, 51)

Pada saat kita bermunajat kepada Allah, kita dapat memohon apa pun yang kita inginkan, asalkan kita mematuhi kehandak Allah dan mengetahui batasan yang telah Allah tetapkan bagi manusia. Di dalam Al- Qur'an terkandung banyak doa para nabi dan bagaimana Allah mengabulkan doa mereka.

Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika dia berdoa kepada Tuhan-nya, “(Ya Tuhan-ku), sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang.” Maka Kami Kabulkan (doa)nya, lalu Kami Lenyapkan penyakit yang ada pada-nya dan Kami Kembalikan keluarganya kepadanya, dan (Kami Lipat gandakan jumlah mereka) sebagai suatu rahmat dari Kami, dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Kami. (QS Al-Anbiya’, 83-84).

Dan (ingatlah kisah) Zakariyya, ketika dia berdoa kepada Tuhan-nya, “Ya Tuhan-ku, janganlah Engkau biarkan aku hidup seorang diri (tanpa keturunan) dan Engkaulah Ahli waris yang terbaik. Maka Kami Kabulkan (doa)nya, dan Kami Anugerahkan kepadanya Yahya, dan Kami Jadikan istrinya (dapat mengandung). Sungguh, mereka selalu bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan, dan mereka berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka orang-orang yang khusyuk kepada Kami. (QS Al-Anbiya’, 89-90)

Dan sungguh, Nuh telah berdoa kepada Kami, maka sungguh, Kami-lah sebaik-baik yang Memperkenankan doa. Kami telah Menyelamatkan dia dan pengikutnya dari bencana yang besar. Dan Kami Jadikan anak cucunya orang-orang yang melanjutkan keturunan. (QS. Ash-Shaffat, 75-77).


Selain itu, Allah mengabulkan doa dari setiap hambanya yang membutuhkan serta hambanya yang berada di dalam kesulitan.

Bukankah Dia (Allah) yang Memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila dia berdoa kepada-Nya, dan Menghilangkan kesusahan dan Menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah (pemimpin) di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Sedikit sekali (nikmat Allah) yang kamu ingat. (QS. An-Naml, 62).

Seseorang yang doanya dikabulkan oleh Allah pasti akan bersuka cita dan bersyukur. Apabila engkau mengetahui dan meyakini bahwa Allah selalu bersamamu, selalu melihat, mendengar dan mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan dirimu, pasti hal tersebut akan menyebabkan dirimu berharap bahwa Allah akan selalu membantumu di dalam setiap pekerjaan yang sedang engkau lakukan dan mengabulkan setiap doa yang engkau panjatkan dengan tulus kepada Allah. Hal tersebut akan meningkatkan kecintaan, kedekatan dan kepasrahan hamba-Nya yang beriman kepada Sang Khalik.

Tidak seorangpun dari kita memiliki kemampuan yang mandiri. Dalam setiap segi kehidupan, kita selalu bergantung kepada Allah atas kemurahan, keberkahan dan kasih sayang-Nya, serta bergantung pula atas perlindungan-Nya demi keselamatan kita. Tuhan kita, Pemilik rahmat yang tak terbatas, menjelaskan bahwa Dia akan mengabulkan setiap doa dan permohonan hamba-Nya.

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku Kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran. (QS. Al-Baqarah, 186)

Dan Tuhan-mu Berfirman, ”Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku Perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang -orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (QS. Al-Ghafir, 60)


Merupakan sebuah fakta bahwa Allah, Penguasa Tunggal dan Pemilik segalanya, baik yang bersifat sementara maupun bersifat bathiniah, mendengar setiap doa yang dipanjatkan, mengetahui segala sesuatu yang terpikirkan di dalam benak seseorang, dan mengabulkan setiap doa yang dipintakan. Hal tersebut merupakan sebuah kemurahan dan keberkahan terbesar Allah kepada hamba-Nya.

Sesungguhnya Kami akan Menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari tampilnya para saksi (hari Kiamat). (Al-Ghafir, 51)

Pada saat kita bermunajat kepada Allah, kita dapat memohon apa pun yang kita inginkan, asalkan kita mematuhi kehandak Allah dan mengetahui batasan yang telah Allah tetapkan bagi manusia. Di dalam Al- Qur'an terkandung banyak doa para nabi dan bagaimana Allah mengabulkan doa mereka.

Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika dia berdoa kepada Tuhan-nya, “(Ya Tuhan-ku), sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang.” Maka Kami Kabulkan (doa)nya, lalu Kami Lenyapkan penyakit yang ada pada-nya dan Kami Kembalikan keluarganya kepadanya, dan (Kami Lipat gandakan jumlah mereka) sebagai suatu rahmat dari Kami, dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Kami. (QS Al-Anbiya’, 83-84).

Dan (ingatlah kisah) Zakariyya, ketika dia berdoa kepada Tuhan-nya, “Ya Tuhan-ku, janganlah Engkau biarkan aku hidup seorang diri (tanpa keturunan) dan Engkaulah Ahli waris yang terbaik. Maka Kami Kabulkan (doa)nya, dan Kami Anugerahkan kepadanya Yahya, dan Kami Jadikan istrinya (dapat mengandung). Sungguh, mereka selalu bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan, dan mereka berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka orang-orang yang khusyuk kepada Kami. (QS Al-Anbiya’, 89-90)

Dan sungguh, Nuh telah berdoa kepada Kami, maka sungguh, Kami-lah sebaik-baik yang Memperkenankan doa. Kami telah Menyelamatkan dia dan pengikutnya dari bencana yang besar. Dan Kami Jadikan anak cucunya orang-orang yang melanjutkan keturunan. (QS. Ash-Shaffat, 75-77).

Selain itu, Allah mengabulkan doa dari setiap hambanya yang membutuhkan serta hambanya yang berada di dalam kesulitan.

Bukankah Dia (Allah) yang Memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila dia berdoa kepada-Nya, dan Menghilangkan kesusahan dan Menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah (pemimpin) di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Sedikit sekali (nikmat Allah) yang kamu ingat. (QS. An-Naml, 62).

Seseorang yang doanya dikabulkan oleh Allah pasti akan bersuka cita dan bersyukur. Apabila engkau mengetahui dan meyakini bahwa Allah selalu bersamamu, selalu melihat, mendengar dan mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan dirimu, pasti hal tersebut akan menyebabkan dirimu berharap bahwa Allah akan selalu membantumu di dalam setiap pekerjaan yang sedang engkau lakukan dan mengabulkan setiap doa yang engkau panjatkan dengan tulus kepada Allah. Hal tersebut akan meningkatkan kecintaan, kedekatan dan kepasrahan hamba-Nya yang beriman kepada Sang Khalik.
(Harun Yahya)
Thursday, March 28, 2013
Tanggal 27 Maret 2013 lalu TK Noya menyelenggarakan lomba antar TK di Ancol. Untuk lomba menyanyi TK Noya berhasil memperoleh juara 2. Berikut beberapa moment yang sempat terekam:








Monday, March 25, 2013
 
duaBerdo’a merupakan hubungan yang penting dengan Allah Yang Maha Besar, hal diperlukan guna menunjukkan kelemahan kita di hadapan Allah. Tuhan kita menunjukkan bahwa do’a merupakan tindakan yang penting atas bentuk penyembahan kepada-Nya berdasarkan ayat Katakanlah: Tetapi bagaimana kamu beribadat kepada-Nya, padahal kamu sungguh mendustakan-Nya(Surat al-Furqan, 77).

Sebenarnya, kebutuhan untuk menjalin hubungan dengan Allah ada pada setiap karakter manusia, merupakan syarat penciptaan. Akan tetapi, di lain hal berdo’a merupakan hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan bagi orang beriman, namun untuk beberapa orang hal itu merupakan bentuk tindakan penyembahan yang hanya perlu diingat di waktu mereka berhadapan dengan kesulitan atau situasi yang membahayakan kehidupan mereka. Hal ini merupakan kesalahan besar karena yang paling baik adalah memohon kepada Allah Yang Maha Besar pada kedua kondisi tersebut, baik dalam kesulitan dan kemudahan untuk memohon ampunan-Nya.

 Bersungguh-sungguh dalam Berdo’a.
Allah telah mempermudah hambanya untuk menemukan apapun yang ia lihat sebagai hal yang baik dan indah. Akan tetapi, fokus dalam berdo’a yang dilakukannya adalah sepenting do’a itu sendiri. Berdo’a dengan kesabaran seperti suatu kebutuhan dan harapan untuk berdoa, ketidaknyamanan akan hal tersebut dan yang paling penting dalam berdoa; bahwa kedekatan kepada Allah semakin meningkat. 

Semakin bersungguh-sungguh dalam berdoa membuat hamba yang berdo’a tersebut memiliki karakter dan keinginan yang semakin kuat. Orang beriman yang menunjukkan kesungguhan dalam berdoa mendapatkan banyak keuntungan seperti keyakinan yang semakin dalam, ini jauh lebih bernilai dibandingkan dengan apa yang ia inginkan/ minta. Hal ini tertulis dalam Al-Qur’an bahwa diperlukan kesungguhan dalam do’a seperti:
 “ Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh  berat, kecuali bagi orang –orang yang khusyu “ (Surat Al-Baqarah:45).

Rasulullah (SAW) telah menyatakan betapa Ia membutuhkan Allah terkadang dengan terus berdo’a bertahun-tahun dan Tuhan kita, Allah Yang Maha Pengasih,  telah memberikan apa yang ia inginkan pada di saat yang terbaik. Fakta bahwa Allah menerima semua do’a, baik itu yang terang-terangan maupun yang tersembunyi, merupakan bentuk ke-agungan-Nya dan Kerahiman-Nya. Allah tidak pernah meninggalkan sebersit apapun pemikiran yang terlintas di kepala hamba-Nya tanpa kembali lagi kepadanya, Akan tetapi “ menerima do’a” tidak berarti sesuatu terjadi seperti yang diminta karena terkadang seseorang mungkin saja meminta sesuatu yang membahayakan dirinya sendiri. Allah SWT mengungkapkan hal tersebut sebagai berikut:
“Dan manusia mendo’a untuk kejahatan sebagaimana ia mendo’a untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.”
(Surat Al-Isra:11).

Allah mengetahui yang terbaik dan apa yang terburuk untuk orang tersebut karena Ia lah yang memiliki segalanya. Atas segala ciptaan-Nya, ada banyak sekali hal-hal yang tersembunyi dalam cara Ia menerima do’a. Sebagai contoh, Nabi Yakub (as) bergabung kembali dengan anaknya nabi Yusuf (as) setelah menunggu dalam waktu tahunan yang panjang, Nabi Yusuf mendapatkan kekuatan dan kekuasaan setelah dipenjara selama beberapa waktu. Nabi Ayub (as), diselamatkan dari syetan, semua ini terjadi setelah mendapat kesabaran dan do’a yang berkelanjutan. 

Allah Yang Maha Besar, telah menerima do’a dari kepatuhan yang tulus dari waktu terbaik-Nya. Allah  SWT, telah menerima do’a hamba yang tulus untuk waktu terbaiknya, dan telah membuat mereka matang, mendidik, meningkatkan kesetiaan dan ketulusan dan mengubah mereka menjadi hamba yang bernilai dan memiliki derajat yang tinggi di surga.

Bagaimana Allah menerima do’a
Ketika orang  beriman berdoa,  ia tahu bahwa Allah mendengarnya dan akan selalu menerima do’anya kapan pun. Ini karena ia menyadari bahwa sesuatu tidak terjadi secara kebetulan, tapi berdasarkan atas ketentuan yang ditentukan oleh Allah dan sebagaimana yang diinginkan-Nya. Untuk itu, ia tak memiliki keraguan bahwa ia tidak akan mendapatkan kembali do’anya. Berdo’a dengan jiwa yang tulus menghasilkan kebaikan. Dalam satu ayat, hal itu diperlihatkan bahwa Tuhan kami akan selalu menerima do’a sebagai manifestasi dari nama “Al-Mujib” (Ia yang menerima permintaan dari mereka yang meminta pada-Nya).
“ Dan apabila  hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku. Maka (jawablah) bahwasannya  Aku adalah  dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yangberdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran..” (Surat al-Baqarah, 186).

Alasan bahwa sesuatu yang diminta dalam do’a ditunda, atau diterima dengan cara yang berbeda, dapat juga merupakan ujian Tuhan kepada hamba-Nya. Allah memberikan berkah-Nya setelah beberapa periode untuk  kemudian diuji kesabaran hamba-Nya dan untuk membuat mereka matang dengan alasan tertentu.

Berdasarkan alasan serupa, ia tak dapat diduga bahwa setiap do’a terwujud seperti saat ia diminta dan sesegera mungkin. Seperti apa yang diutarakan oleh cendikiawan Islam Bediuzzaman, Allah mungkin memberikan sedikit dari sesuatu yang diminta dalam do’a atau sesuatu yang lebih dari yang dihadiahkan karena alasan tersebut yang disebut di atas. Ia mungkin tidak mengabulkannya sama sekali. Akan tetapi, pada setiap kondisi, Allah menerima do’a dari mereka yang berdo’a kepada-Nya.

11(1)Bagaimana Para Nabi  berdo’a?
Berdo’a merupakan bentuk kepatuhan kepada Allah dan semua orang membutuhkan do’a. Hal yang merupakan contoh paling rasional dalam hal ini adalah bahwa semua Nabi yang berdo’a kepada Allah dengan menyerahkan diri kepada-Nya dalam segala hal yang terdapat di Al-Qur;an. Dalam do’a nabi Muhammda SAW, dan para nabi-nabi, kita melihat penyerahan diri mereka kepada Allah, fakta bahwa mereka melihat Allah, dan sebagai teman sejati mereka serta pihak yang membantu mereka dan bahwa mereka dan berdo’a memuja Tuhan kita dengan nama-Nya yang indah.

Do’a dari Nabi Muhammad (SAW)
Dalam do’a dari Nabi Muhammad SAW, hal yang terindah dari mengutip Allah dengan nama-Nya disebutkan. Salah satu do’a dari nabi kita (SAW) disebutkan sebagai berikut:
Katakanlah “ Wahai Tuhan Yang Maha mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Egkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan otang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Surah Al ‘Imran, 26).
Dalam narasinya, terlihat bahwa nabi Muhammd (SAW) berdo’a kepada Tuhan untuk diberikan moral yang baik dan perilaku yang baik.
Oh Allah! perteballah kebaikan dan etika! Wahai Yang Maha Agung! Pindahkanlah moral yang buruk (Tirmidhi, Imam Ahmad dan Haqim; Hujjat al-Islam Imam Gadhali, Ihyau Ulum id-din, volume 2, Terjemahan : Dr. Sitki Gulle, Huzur Publishing, Istanbul 1998, p.789)
 
Do’a dari nabi Nuh (as),
Kesabaran dari nabi Nuh (as) yang menyerukan umatnya kepada agama yang baik selama beberapa tahun dengan kesungguhan, dipuji dalam Al-Qur’an. Nabi Nuh (as) berjuang melawan umatnya yang bertindak dengan memusuhinya  dan orang-orang  beriman yang bersamanya. Faktanya adalah nabi Nuh kembali kepada Allah SWT dalam berbagai situasi, dan  berdo’a dengan mengharapkan bantuan-Nya secara tulus merupakan contoh yang baik bagi orang beriman. Dalam satu ayat, terlihat bahwa Allah mengetahui kondisi dari Nabi nuh (as), bahwa ia berdo’a sebagai berikut:
“Maka ia Mengadu kepada Tuhannya: “bahwasannya aku ini adalah orang yang dikalahkan, oleh sebab itu tolonglah (aku)”
(Q.S Al-Qamar : 10).

Allah menerima do’a nabi Nuh (as) dan memerintahkannya agar bersiap-siap menghadapi banjir, yang akan terjadi di masa depan. Nabi Nuh (as) mulai membangun kapal yang sangat besar atas perintah Allah, meskipun tidak ada laut ataupun danau di sekitarnya. Dalam masa pembangunan kapal tersebut, ia secara terus-menerus menjadi pihak yang dicemooh oleh  umatnya. Pada saat tiba waktunya, janji Allah SWT terwujud dan banjir tersebut terjadi.

Do’a dari nabi Yunus (as):
Dalam Al-Qur’an, disebutkan bahwa Nabi yang mulia ini memisahkan diri dari umatnya, karena mereka tak merespon seruannya (Surat As-Safaat: 139-142). Seperti yang tertulis pada ayat berikut ini, terdapat gambar di kapal tersebut di mana nabi Yunus (as) berkelana dan akibat dari gambar tersebut nabi Yunus (as) dilemparkan ke laut. Puncak dari kejadian tersebut, nabi Yunus (as) berserah diri kepada Allah dan berdo’a kepada-Nya. Allah mencatat peristiwa ini dalam Al-Qur’an :
Dan ingatlah kisah Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu  ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: “Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak di sembah ) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim”. Maka Kami telah memperkenankan do’anya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.(Surat al-Anbiya’,ayat: 87–88).

Seperti yang tertulis pada ayat Nabi Yunus (as) bersaksi/ mengaku kondisinya secara tulus dalam do’anya. Ia berdo’a kepada Allah dan menantikan bantuan-Nya. Tuhan kita, yang Maha Pengampun, menerima penebusan dan menyelamatkannya dari perut ikan dengan menerima do’anya.

Do’a Nabi Yakub (as)
Dalam Al-Qur’an, kesabaran nabi Yakub (as) disebutkan sebagai salah satu contoh bagi orang beriman. Nabi Yakub (as) yang menerima wahu dari Allah dan merupakan hamba terpilih (Q.S An-Nisa :163), merasakan permasalahan yang serius  dan melewati masa sulit. Akan tetapi, meskipun segala penderitaan yang dialaminya, Ia selalu menjadikan hal tersebut sebagai contoh bagi orang beriman dengan kesabaran dan penyerahan diri kepada Allah (Q.S Sad, 44). Do’a yang tulus dari nabi suci kita tersebut dinyatakan dalam salah satu ayatnya sebagai berikut:
dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru kepada Tuhannya: (Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang (Surat al-Anbiya’, 83)

Hal ini tercatat dalam Al-Qur’an bahwa Allah Yang Maha Besar menerima semua do’a dari Nabi Yakub (as) sebagai salah satu hambanya yang tulus”
Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan utuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah. (Surat al-Anbiya’, 84)

Do’a, merupakan alat terpenting dalam mencapai ke agungan Allah, Yang Maha Mengetahui dan Maha Mendengar, yang lebih dekat dari urat nadi manusia ( Surah Qaf, ayat 16), merupakan bentuk penghambaan bagi orang beriman di segala kondisi dan kesempatan. Akan tetapi, setiap orang beriman melakukan ini, seperti yang ditulis dalam ayat :  "Dan kamu tidak mampu kecuali bila dikehendaki Allah(Surat al-Insan, 30). Mereka berperilaku dalam kesadaran bahwa faktanya segala sesuatu selalu di bawah kontrol Tuhan kita dan semuanya terwujud karena kehendak-Nya.

Akan selalu ada jawaban dari do’a yang tulus di dunia dan di akhrat.
Do’a membimbing seseorang atas apa yang akan terjadi dalam nasibnya” Allah adalah satu-satunya yang menentukan nasib dan menciptakan do’a. Akan tetapi berkah yang datang dari do’a mengandung kemakmuran di dunia ini dan sekembalinya ke akhirat. Seluruh kehidupan sesorang merupakan hasil dari do’a yang diucapkan dari do’a yang sebelumnya diminta, apakah ia merasa sadar atau tidak. Do’a aktif  berupa tindakan dan usaha yang diajukan dari doa dan kehendak Allah. Ketika usaha tersebut ridha Allah hal tersebut masih menjadi cara  bagi tiap pribadi untuk meraih harapannya, sesuai dengan ridha Allah.

Manusia yang tidak beriman namun membawa  do’a aktif mereka dengan ambisi yang besar, sebagai contoh, mereka yang bekerja dan mendapatkan banyak keuntungan, menjadi kaya atau menjadi pakar tentang sesuatu hal dan menjadi terkenal, telah mencapai derajat tersebut melalui perjuangan aktif mereka dengan berpedoman pada akibat, dan lagi lagi kehendak Allah. Akan tetapi, do’a yang aktif yang tidak digunakan untuk ridha Allah tak akan memberikan keuntungan terhadap orang tersebut di akhirat meskipun orang tersebut mencapai tujuan tujuannya dari waktu ke  waktu di dunia ini.

dua6Tak ada selain Allah yang kita Mohon Do’a
Dengan ayat yang tertulis dalam Al-Qur’an:
”Hai Nabi! cukuplah Allah (menjadi Pelindung) bagimu dan bagi orang orang mu’min yang mengikutimu,  (Q.S Al-Anfaal, 64)

Allah merupakan yang paling sempurna, Pemilik kekal Kekuasaan. Semua kekuatan di dunia ini ada di tangan_nya. Jadi permohonan bantuan dan permohonan maaf harusnya ditujukan hanya kepada Allah, di mana semua orang butuh dan Allah tidak memerlukan sesuatu pun. Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwasannya salah apabila berdo’a selain kepada Allah dan Allah merupakan satu-satunya pemilik do’a :
Maka jangalah kamu menyeru (menyembah) tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang di’azab (Surat  ash-Syu‘araa’, 213)

Kesimpulan
Do’a merupakan contoh dari kemurahan Allah dan kasih sayang-Nya terhadap hamba-Nya, Orang-orang beriman dapat berdo’a kepada Allah setiap saat dan di setiap kondisi apapun dan mereka merasa damai karena Allah akan menerima do’a-do’a mereka di saat yang tepat. Dalam hal ini, mereka dapat menceritakan rahasia terpendam mereka dan keinginan terdalam mereka kepada Allah, dan hidup dalam kebaikan, kesejahteraan dan keindahan yang datang dari pemahaman bahwa Allah-lah satu-satunya teman, petunjuk dan yang akan membantu mereka.

Kita dapat melihat bahwa rahasia terbesar dalam Allah mewujudkan do’a dalam kehidupan para Nabi seperti yang telah dikisahkan dalam beberapa contoh. Terdapat hubungan dalam berdo’a dan menjalankan perintah Allah. Usaha nyata yang ditunjukkan untuk ridha Allah, belas kasihan dan surga-Nya merupakan bentuk  pengambaan sepenting seperti berdo’a. Allah menunjukkan dalam Al-Qur’an mengenai pentingnya usaha tersebut:
“Dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang dia adalah mu’min, maka mereka adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik” (Surat al-Isra’, 19)

Ulama Imam Rabbani menjelaskan hal ini sebagai berikut :
Menginginkan sesuatu berarti mencapai hal tersebut,  Memang, Allah yang Maha Kuasa tidak membuat hambanya berdo’a untuk sesuatu yang tidak diterima-Nya. Hambanya yang beriman tahu bahwa usahanya juga merupakan sebuah do’a tidak hanya berdoa pada saat kesulitan tetapi pada setiap saat oleh perasaan keberadaan dan ke-Agungan Allah. Mereka memelihara kedekatan hubungan  dengan Allah Yang Maha Kuasa di setiap saat hidup mereka.
(Harun Yahya)
Friday, March 22, 2013
Tiga juta guntur dalam setahun, Sumber energi yang bergerak pada kecepatn 96.000 km/jam dan melepaskan panas 30.000o. Pernahkah anda berpikir bagaimana guntur–sebagai salah satu peristiwa atmosfir terhebat yang Allah ciptakan itu tebentuk dan bagaimana ia mampu melepaskan sejumlah energi yang demikian besar?

Selama hujan, guntur dan kilat yang tersusun dari pembentukan cahaya-cahaya terang akibat pelepasan energi listrik di ruang atmosfir, sesungguhnya merupakan sumber energi yang menghasilkan listrik lebih besar dari pada ribuan pembangkit listrik–di samping sebagai fenomena iklim. Jawaban atas pertanyaan bagaimana sumber-sumber energi alam ini terbentuk dan betapa besarnya sumber-sumber tersebut melepaskan cahaya dan panas adalah sebuah keajaiban penciptaan yang mengungkapkan kebesaran dan keagungan Allah swt. yang abadi.
Kehebatan pembentukan dalam sekejap: keajaiban kilat dan petir 
  • energi yang dilepas oleh sekali kilatan petir lebih besar dari pada energi yang dihasilkan seluruh pembangkit listrik di Amerika. 
  • Satu kilatan petir dapat menyalakan 100 watt bola lampu selama lebih dari tiga bulan. 
  • Pada titik sentuh petir ke bumi, cuaca memanas hingga 25.000o C. kecepatan kilatan petir 150.000 km/detik dan rata-rata ketebalannya 2,5-5 cm. 
  • Petir menghasilkan molekul nitrogen yang dibutuhkan bagi tumbuh-tumbuhan di Bumi utuk menunjang kehidupanya. 
  • Setiap petir rata-rata memiliki 20.000 amper daya listrik. Seorang tukang las hanya menggunakan 250-400 amper untuk mengelas baja. 
  • Petir bergerak pada kecepatan 150.000 km/detik, hampir setengah kecepatan cahaya dan 100.000 kali lebih cepat dari kecepatan suara.
Suara yang dilepaskan oleh satu kilatan lebih besar dari pada cahaya 10 juta bola lampu berdaya 100 watt. Ini menerangkan; apabila setiap rumah di Istanbul menyalakan satu bola lampu, pancaran cahaya dari satu kilatan petir akan lebih besar. Allah menyatakan fenomena kilat yang menakjubkan ini seperti “…kilauan kilatnya hampir membutakan pandangan.” (al-Nûr: 43)
Bagaimanakah kilat terbentuk?
 Udara–yang dipanaskan oleh cahaya matahari–naik membawa molekul-molekul air yang menguap di dalamnya. Ketika udara yang naik ini mencapai ketinggian 2-3 km, udara tesebut bersentuhan dengan lapisan udara dingin. Saat kenaikan udara, kristal-kristal es yang terbentuk di dalam awan melepaskan energi listrik statis yang terbentuk karena pergesekan. Energi listrik ini mengandung unsur positif (+) pada lapisan atas awan dan unsur negatif (-) pada lapisan bawahnya. Ketika awan cukup terisi untuk mengionisasi udara; maka petir terbentuk.
Mengapa bisa bergemuruh?
Petir memanaskan udara di sekitarnya hingga 30.000o C dalam sepersejuta detik. Udara yang dipanaskan meluas, dan menyebarkan gelombang suara yang lebih cepat dari kecepatan suara; dengan tekanan 100 kali lebih besar dari tekanan atmosfir normal. Sama halnya dengan pesawat yang melintas dengan kecepatan suara, ini menyebabkan ledakan suara (gemuruh) di udara, sehingga dinamakan gemuruh/guntur.

Mengapa cahaya dan suara guntur tidak bersamaan mencapai bumi?
Ini dikarenakan suara guntur mencapai pendengaran kita dengan kecepatan suara (340 m/detik di udara); sedangkan petir mencapai visual (penglihatan ) kita dengan kecepatan cahaya (99, 793 km/detik). Ini menyebabkan perbedaan waktu antara dua peristiwa, dan dengan demikian membuat kilatan (petir) mencapai bumi lebih sebelum guntur.

Apa perbedaan antara kilat dan petir?
Ketika perbedaan muatan listrik menjadi lebih besar antara bumi dan awan, udara menjadi lebih mudah ditembus dari bumi ke awan; pelepasan energi listrik dimulai melalui saluran penghantar yang dibentuk oleh udara yang ditembus itu. Pelepasan energi listrik dari awan disebut dengan kilat, dan pelepasan energi listrik dari bumi disebut petir atau sambaran balik.

Kebenaran kilat yang dinyatakan dalam Qur’ân
Suratal-Ra’d–yang artinya “Guruh” atau “Guntur”–merupakan salah satu surat dalam Qur’ân. Allah memberitahukan bahwa guntur dibentuk oleh kilat yang bertasbih memujiNya: “Dan guruh bertasbih memujiNya (demikian pula) para malaikat karena takut kepadaNya…” (al-Ra’d: 13)
simsekkirmizigok 
Sambaran kilat yang mengingatkan kita pada kematian
Pengalaman mereka yang selamat dari sambaran kilat yang dapat menyebabkan kematian ratusan orang setiap tahunnya, mengingatkan kita pada kematian dan juga pengungkapan ketakberdayaan seseorang di hadapan Allah. 

Kemungkinan seseorang tesambar petir adalah 1:700.000; akan tetapi tidak seharusnya seseorang meremehkan kemungkinan tersebut dan juga dampak yang dihasilkan. Menurut pengakuan mereka yang pernah tersambar petir, aliran listriknya–bahkan–dapat meledakkan kancing dan sleting baju dan seseorang dapat jatuh pingsan. 

Karena kerusakan otak yang dialaminya, seseorang yang dirawat secara intensif di rumah sakit harus belajar kembali bagaimana caranya berjalan, menelan makanan/minuman, atau dengan kata lain bagaimana caranya hidup kembali. Mereka relah menggambarkan bagaimana yang dirasakannya, dan ketika itu seolah-olah mereka “hidup merana dan kemudian dihidupkan kembali.” Dalam Qur’ân, peristiwa yang sangat serupa terjadi ketika Allah tunjukkan pda kaum Nabi Musa as. 

Dengan keberanian yang keliru dan memalukan, bani Israel menuntut pada Nabi Musa as. agar mereka dapat melihat Allah dengan mata mereka, dan sementara menuntut, mereka ditunjukkan dampak kilat yang serupa. Pernyataan dalam ayat berikut “maka kilat menyambarmu hingga kamu mati” dan “kemudian kami membawamu kembali ke kehidupan setelah kamu mati,” menjadi petunjuk dari kenyataan bahwa mereka –ketika itu –merasa hidup kembali setelah jantungnya terhenti, akibat kejutan dan juga hilangnya kesadaran dan ingatan yang mereka alami. (Allah mengetahui yang terbaik) Berikut ini adalah ayat-ayat yang berhubungan dalam Qur’ân:
“Dan ingatlah ketika kamu berkata, wahai Musa! Kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan jelas,” maka petir menyambarmu, sedang kamu menyaksikan. Kemudian, kami membangkitkan kamu setelah kamu mati, agar kamu bersyukur.” (al-Baqarah: 55-56)

(Harun Yahya)
Wednesday, March 13, 2013
Gerbang kemakmuran - Semoga Selalu Makmur dan Sejahtera -