Friday, September 12, 2014
11:12 AM | Ditulis oleh,
Aswanto Sucahyo
Dalil Al Quran Surat Al Ahzab 41-42;
“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut Nama) Allah dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” (QS. Al-Ahzab: 41-42)
Kita sebagai manusia seharusnya dapat mengamalkan segala tuntunan yang terdapat dalam AlQuran, namun pada prakteknya sebagai manusia kita terlalu sibuk dengan kehidupan duniawi untuk memenuhi kebutuhan hidup. Jika melihat atau diatas, sepertinya hampir mustahil kita dapat berzikir di waktu pagi dan petang, apa lagi sebanyak banyaknya. Setelah Sholat Subuh kita bersiap utk berangkat kerja dan saat petang kita kembali dari tempat kerja dan terus berlanjut setiap hari. Lalu kapan kita dapat berzikir sebanyak-banyaknya?
Sebelumnya Saya sempat berpikir demikian,namun Alhamdulilah Allah SWT memberi hidayah agar Saya agar dapat melakukan zikir diwaktu pagi dan petang, lalu bagaimana caranya? Mudah-mudahan sharing Saya kali ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Kita ketahui bersama, saat pagi hari kita bersiap berangkat kerja apalagi dikota-kota besar kita harus berangkat pagi agar tidak terjebak kemacetan. Pernahkah kita menghitung berapa lama waktu yg dihabiskan saat pagi hari dari rumah sampai ke tempat pekerjaan? 30 menit, 1 jam, 2 jam atau bahkan 3 jam? Nah waktu selama itu apa yg kita lakukan? Jika kita naik angkutan umum mungkin kita pakai hanya untuk tidur, jika memakai mobil/motor kita mendengarkan radio, atau bahkan jika memakai motor kita hanya diam saja.
Nah mengapa waktu selama kita diperjalanan berangkat kerja itu tidak kita pergunakan sambil berzikir dan bertasbih kepada Allah SWT? Bayangkan setiap hari waktu 1 jam dalam kemacetan tersebut kita isi dengan berzikir, sudah berapa banyak kita dapat berzikir dan bertasbih dipagi hari? Bukankah zikir tidak harus dengan bersuara keras bahkan lebih baik jika bersuara pelan dan didalam hati seperti kita membaca bacaan dalam sholat.
Begitu pula saat kita pulang dari tempat kerja sore hari, berapa lama waktu yang kita tempuh dari tempat kerja sampai kerumah? Rata-rata kita pulang dari tempat kerja antara jam 4 sore sampai jam 5 sore dengan waktu tempuh kerumah yang ada, kembali kita isi dengan zikir dan tasbih kepada Allah SWT maka dengan demikian tuntunan zikir dan tasbih diwaktu pagi dan petang dapat kita laksanakan.
Mungkin ada yang berpikir mustahil sambil berkendara dan bermacet ria dapat berzikir? Yang ada nanti akan mengurangi konsentrasi berkendara. Lalu bagaimana dengan musik yg kita dengar selama macet? Bukankah banyak penelitian musik yang kita dengar selama berkendara akan mempengaruhi gaya berkendara kita?
Percayalah dengan kita isi zikir dan tasbih selama perjalanan itu maka konsentrasi kita selama berkendara semakin meningkat dan cenderung semakin berhati-hati. Kita dapat memulainya sedikit demi sedikit. InsyaAllah kita akan mulai terbiasa melakukannya.
Intinya kita gunakan dan isi waktu yang ada selama dalam perjalanan ke tempat pekerjaan dan kembali dari tempat kerja, baik pagi dan petang dengan berzikir dan bertasbih sebanyak-banyaknya.
Semoga kita semua bisa mengamalkan zikir dan tasbih setiap pagi dan petang ini. Amien.
3:18 PM | Ditulis oleh,
Aswanto Sucahyo
Maryam adalah sosok panutan semua Muslimah karena mempertahankan karakternya tanpa cela di sepanjang hidupnya. Allah membesarkannya bagai tanaman yang indah, untuk memberikan ekspresi Al Quran, dan memberikannya tanggung jawab yang sangat penting. Allah memilihnya, sama seperti Dia memilih keluarga Imran, menjadikan Maryam salah satu orang dalam garis keturunan orang-orang yang paling saleh dan setia, dan ia dibesarkan oleh orang-orang saleh ini.
Lalu Allah memberikannya karakter Nabi terpilih dan mulia dengan mempercayakan pendidikannya pada Nabi Zakaria (as). Saat Maryam beranjak dewasa, Allah mulai menunjukkan mukjizat-Nya, dan dia melihat dengan jelas anugrah, perlindungan, dan rahmat-Nya atas dirinya. Salah satu contoh dukungan dan anugrah dari Allah untuk dirinya adalah dia selalu menemukan makanan di altar setiap kali dia berdoa kepada-Nya. Selanjutnya, Allah memperkenalkan kepadanya Malaikat Jibril yang memberitahukannya tentang rahmat Allah padanya dengan kata-katanya sendiri.
Maryam menunjukkan ketaatan dan kesetiaannya yang sungguh-sungguh kepada Allah melalui kebajikan dan tingkah lakunya yang tanpa cela. Dia juga mengekspresikan ketaatannya yang dalam dan sungguh-sungguh kepadaNya melalui tekad, pengabdian, dan kepasrahan penuh atas kehendak-Nya.
Sendiri di saat-saat yang sangat sulit adalah ujian berat baginya, karena tidak ada satu pun bantuan, dukungan, atau tuntunan untuknya. Biasanya, orang-orang yang kesepian menyerah pada ketidakberdayaan dan kesedihan. Namun tidak bagi Maryam, dia menyerahkan semua harapan dan keyakinannya hanya pada Allah.
Dia terus mencari bantuan-Nya dan tahu bahwa yang dia butuhkan hanyalah mematuhi perintah-Nya dan mengikuti petunjuk-Nya. Dia tidak pernah menyerah pada ketidakberdayaan dan depresi, seberapa sulit cobaan yang dialaminya, karena dia telah menyerahkan sepenuh hati kepada Allah dengan keyakinan bahwa Allah akan mengubah semua kesengsaraan menjadi kebaikan dan mengakhiri kesulitan dengan cara yang terbaik. Dan dengan segala kesulitan, Allah memberikannya solusi, mendukungnya dengan anugrah dan bantuan, serta mengubah semua kesulitan menjadi kebaikan dan keindahan.
Ketiadaan pengalaman juga merupakan aspek penting dalam ujian yang dihadapinya. Dia hamil dan melahirkan anaknya seorang diri. Benar-benar sendiri dan tidak tahu harus berbuat apa, dia melawan pesimisme dan menunjukkan kekuatan, tekad, dan ketabahan yang besar. Selain itu, dia memiliki karakteristik ketenangan dari mereka yang tahu bahwa Allah mendukung mereka dengan anugrah yang paling sempurna, sehingga Allah meringankan bebannya dan membantunya menuju keberhasilan.
Tanda lain karakter mulia Maryam adalah kesabaran yang dia tunjukkan ketika menjalani tanggung jawabnya yang begitu berat. Orang-orang kafir di sekelilingnya menguji kesabarannya dengan menggagalkan pemahaman atas posisi tinggi dan terhormatnya, dan memandangnya berdasarkan pengetahuan yang menyesatkan, menuduhnya atas perbuatan yang tidak pernah dilakukannya. Di sini juga, dia menunjukkan kesabaran dan keyakinan penuhnya pada Allah. Dia tidak berkompromi dengan kekuatan, tekad, dan integritasnya. Dia mengetahui dengan baik bahwa Allah mengendalikan segalanya dan akhirnya membuktikan bahwa dia tidak bersalah.
Ciri karakter lain yang terlihat adalah ia tidak berminat untuk memenangkan penerimaan orang. Dia memasrahkan kepada Allah dengan keyakinan yang murni, dan karenanya tidak terpengaruh oleh tuduhan dan komentar mereka. Memberinya keyakinan dan ketaatan, segala usaha yang dilakukannya adalah untuk berperilaku dalam cara yang akan mendatangkan keridaan Allah. Sebagai hasilnya, Allah menganugrahinya dengan rahmat.
Ada dua cara untuk menyampaikan karakter baik seseorang kepada orang lain: melalui kata-kata, dan melalui perilaku moral. Cara kedua lebih efektif dan bernilai, karena ini merupakan cara yang sesungguhnya dan tidak dapat ditiru. Kehidupan dan tingkah laku seseorang dapat mencerminkan keyakinan seseorang hanya jika ini benar-benar hidup di dalam hatinya.
Maryam menunjukkan moralitas mulia ini dan menjadi panutan serta ajakan hidup untuk beragama melalui keyakinan, tingkah laku dan karakternya. Panggilannya yang sungguh-sungguh adalah jawaban dalam kemungkinan cara terbaik, kehendak Allah. Keyakinan orang-orang beriman terus mendalam karena mereka mengikuti Maryam sebagai contoh dan mencoba untuk meniru karakternya.
BAGAIMANA MASYARAKAT KAFIR MEMANDANG WANITA
Semua pengetahuan penting untuk hidup di dunia yang akan mendatangkan keridaan Allah terkandung di Al Quran: hakikat kehidupan di Dunia, mengapa manusia diciptakan, cara mendapatkan kehidupan yang berkecukupan, dan system moralitas yang paling sesuai. Orang-orang yang beriman pada kebenaran ini dan hidup sesuai dengan Al Quran akan menemukan kebahagiaan yang sebenarnya di dunia dan di Akhirat.
Namun, masyarakat kafir tidak memiliki kebenaran dan kekuatan yang sesungguhnya untuk membimbing mereka. Kenyataannya, mereka tidak tahu dari mana nilai mereka berasal, siapa yang menciptakan mereka, serta kapan dan mengapa mereka menjadi norma sosial masyarakat. Aturan ini, yang tidak dapat dipastikan namun dipakai oleh masyarakan secara keseluruhan, merupakan warisan dari nenek moyang mereka. Faktanya, semua nilai-nilai, idealisme, dan dasar sosial masyarakat kafir didasarkan pada tradisi, yang juga dikenal sebagai cara-cara nenek moyang. Setiap orang memiliki posisi tetap berdasarkan status sosial, jenis kelamin, keyakinan, keadaan, dan gaya hidup.
Posisi wanita ditentukan oleh kriteria tetap ini dan kepercayaan yang dominan. Dalam sebagian masyarakat, wanita dianggap memiliki jiwa yang lemah dibanding pria, hanya karena mereka lemah secara fisik. Secara mengejutkan, banyak orang benar-benar percaya kebohongan ini karena kesalahan dan ide yang jelas-jelas tidak masuk akal bahwa kepribadian, moralitas dan kemampuan wanita terbatas dalam proporsi langsung ke tubuh kurus. Sebagai contoh, berbagai kegiatan diklasifikasikan sebagai pekerjaan pria atau pekerjaan wanita. Jelas, perbedaan kekuatan dan bentuk fisik mereka sedikit berdampak pada tugas yang mereka kerjakan. Namun dalam masyarakat kafir, pembedaan ini didasarkan pada kefanatikan tertentu yang mereka anggap kelemahan dalam intelektual dan bakat.
Wanita modern, melalui kemampuan dan pencapaian mereka, telah membantah penyataan bias seperti itu dalam banyak hal. Meskipun demikian, sebagian masyarakat masing menganggap wanita tidak kompeten dalam beberapa hal atau kepercayaan bahwa laki-laki, hanya karena mereka laki-laki, dapat melakukan pekerjaan dengan lebih baik.
Banyak orang juga keliru meyakini bahwa wanita memiliki karakter yang lemah dibandingkan pria. Dalam masyarakat kafir, mereka begitu saja menganggap bahwa wanita mudah panic dan kehilangan kendali, sedangkan pria selalu tetap santai dan tenang. Atau, dalam keadaan sukar, pria dikatakan menunjukkan karakter yang sangat kuat, sedangkan wanita menanggapinya dengan kepasrahan. Para gadis dikondisikan sesuai dengan anggapan ini sejak awal masa kanak-kanak. Keluarga, yang memberikan karakter kuat untuk anak laki-laki, mengondisikan anak perempuan dengan perlakuan karakter yang berbeda. Saat menghadapi masalah, anak laki-laki selalu diberitahu untuk tidak menangis, berperilaku layaknya seorang pria, jadilah pemberani, jangan jadi penakut seperti gadis kecil, kamu menangis seperti gadis kecil. Anak perempuan juga diberitahu bahwa mereka berbeda dari anak laki-laki dan juga mereka harus bersikap sesuai dengan itu.
Dalam masyarakat seperti itu, pekerjaan dan tanggung jawab perempuan terbatas di area tertentu. Sebagai akibat kefanatikan ini, kebanyakan masyarakat masih mendiskriminasikan perempuan. Pandangan terhadap perempuan yang menyesatkan telah terungkap dengan sendirinya dalam berbagai cara. Terutama di masa lalu, wanita mengalami perlakuan biadab. Misalnya, Allah mengungkapkan bahwa wanita dianggap sangat tidak berarti di beberapa masyarakat di mana ayah mereka mengubur mereka hidup-hidup segera setelah mereka lahir:
… dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah dia dibunuh. (Surat at-Takwir: 8-9)
Dalam ayat lain, Allah berbicara kepada orang-orang yang marah setelah mengetahui bahwa anak mereka yang baru lahir adalah perempuan dan malu bersembunyi dari kaum mereka:
Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)?. Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu! (Surat an-Nahl: 58-59)
Allah juga mengungkapkan bahwa orang-orang seperti itu mengganggap anak perempuannya menjadi barang cantik yang tidak mampu berdiri sendiri:
Padahal apabila salah seorang di antara mereka diberi kabar gembira dengan apa yang dijadikan sebagai misal bagi Allah Yang Maha Pemurah; jadilah mukanya hitam pekat sedang dia amat menahan sedih. “Dan apakah patut orang yang dibesarkan dalam keadaan berperhiasan sedang dia tidak dapat memberi alasan yang terang dalam pertengkaran!” (Surat az-Zukhruf: 17-18)
Melalui para Nabi-Nya, Allah mendidik orang-orang seperti itu tentang asal mula kesalahan pandangan prasangka ini. Terima kasih kepada para Nabi dan berkembangnya Islam di antara masyarakat, pandangan bodoh dan tercela ini telah benar-benar dikekang.
Allah mengingatkan manusia bahwa apapun yang mereka miliki datangnya dari Allah: "Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendakiatau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa." (Surat ash-Shura: 49-50). Anak-anak perempuan dan laki-laki adalah anugrah dari Allah yang harus disyukuri setiap orang.
Sepanjang sejarah, banyak masyarakat menerima sikap menyesatkan tersebut terhadap perempuan. Namun, kenyataan yang penting harus diabaikan: Sayangnya, moralitas, perilaku, dan kepribadian beberapa wanita membantu menyebarkan dan membenarkan tradisi bodoh ini dengan membuktikan bahwa ini benar.
Islam menyanggah pandangan fanatic ini dengan menyatakan bahwa semua Muslim, yang berarti laki-laki dan perempuan, memiliki ketajaman pikiran, kemampuan pemahaman yang tinggi, kekuatan karakter yang besar, dan akal bermoral yang mulia. Maryam dan istri Firaun merupakan contoh terbaik dari kebenaran ini.
Di laman-laman berikutnya, kita akan membahas secara singkat kebodohan yang mencegah perempuan terlepas dari tradisi yang merusak ini dan menerapkan moralitas keagamaan yang mulia, serta menunjukkan perbedaan karakter antara perempuan Muslimah dengan perempuan kafir
(id.harunyahya.com)
Lalu Allah memberikannya karakter Nabi terpilih dan mulia dengan mempercayakan pendidikannya pada Nabi Zakaria (as). Saat Maryam beranjak dewasa, Allah mulai menunjukkan mukjizat-Nya, dan dia melihat dengan jelas anugrah, perlindungan, dan rahmat-Nya atas dirinya. Salah satu contoh dukungan dan anugrah dari Allah untuk dirinya adalah dia selalu menemukan makanan di altar setiap kali dia berdoa kepada-Nya. Selanjutnya, Allah memperkenalkan kepadanya Malaikat Jibril yang memberitahukannya tentang rahmat Allah padanya dengan kata-katanya sendiri.
Maryam menunjukkan ketaatan dan kesetiaannya yang sungguh-sungguh kepada Allah melalui kebajikan dan tingkah lakunya yang tanpa cela. Dia juga mengekspresikan ketaatannya yang dalam dan sungguh-sungguh kepadaNya melalui tekad, pengabdian, dan kepasrahan penuh atas kehendak-Nya.
Sendiri di saat-saat yang sangat sulit adalah ujian berat baginya, karena tidak ada satu pun bantuan, dukungan, atau tuntunan untuknya. Biasanya, orang-orang yang kesepian menyerah pada ketidakberdayaan dan kesedihan. Namun tidak bagi Maryam, dia menyerahkan semua harapan dan keyakinannya hanya pada Allah.
Dia terus mencari bantuan-Nya dan tahu bahwa yang dia butuhkan hanyalah mematuhi perintah-Nya dan mengikuti petunjuk-Nya. Dia tidak pernah menyerah pada ketidakberdayaan dan depresi, seberapa sulit cobaan yang dialaminya, karena dia telah menyerahkan sepenuh hati kepada Allah dengan keyakinan bahwa Allah akan mengubah semua kesengsaraan menjadi kebaikan dan mengakhiri kesulitan dengan cara yang terbaik. Dan dengan segala kesulitan, Allah memberikannya solusi, mendukungnya dengan anugrah dan bantuan, serta mengubah semua kesulitan menjadi kebaikan dan keindahan.
Ketiadaan pengalaman juga merupakan aspek penting dalam ujian yang dihadapinya. Dia hamil dan melahirkan anaknya seorang diri. Benar-benar sendiri dan tidak tahu harus berbuat apa, dia melawan pesimisme dan menunjukkan kekuatan, tekad, dan ketabahan yang besar. Selain itu, dia memiliki karakteristik ketenangan dari mereka yang tahu bahwa Allah mendukung mereka dengan anugrah yang paling sempurna, sehingga Allah meringankan bebannya dan membantunya menuju keberhasilan.
Tanda lain karakter mulia Maryam adalah kesabaran yang dia tunjukkan ketika menjalani tanggung jawabnya yang begitu berat. Orang-orang kafir di sekelilingnya menguji kesabarannya dengan menggagalkan pemahaman atas posisi tinggi dan terhormatnya, dan memandangnya berdasarkan pengetahuan yang menyesatkan, menuduhnya atas perbuatan yang tidak pernah dilakukannya. Di sini juga, dia menunjukkan kesabaran dan keyakinan penuhnya pada Allah. Dia tidak berkompromi dengan kekuatan, tekad, dan integritasnya. Dia mengetahui dengan baik bahwa Allah mengendalikan segalanya dan akhirnya membuktikan bahwa dia tidak bersalah.
Ciri karakter lain yang terlihat adalah ia tidak berminat untuk memenangkan penerimaan orang. Dia memasrahkan kepada Allah dengan keyakinan yang murni, dan karenanya tidak terpengaruh oleh tuduhan dan komentar mereka. Memberinya keyakinan dan ketaatan, segala usaha yang dilakukannya adalah untuk berperilaku dalam cara yang akan mendatangkan keridaan Allah. Sebagai hasilnya, Allah menganugrahinya dengan rahmat.
Ada dua cara untuk menyampaikan karakter baik seseorang kepada orang lain: melalui kata-kata, dan melalui perilaku moral. Cara kedua lebih efektif dan bernilai, karena ini merupakan cara yang sesungguhnya dan tidak dapat ditiru. Kehidupan dan tingkah laku seseorang dapat mencerminkan keyakinan seseorang hanya jika ini benar-benar hidup di dalam hatinya.
Maryam menunjukkan moralitas mulia ini dan menjadi panutan serta ajakan hidup untuk beragama melalui keyakinan, tingkah laku dan karakternya. Panggilannya yang sungguh-sungguh adalah jawaban dalam kemungkinan cara terbaik, kehendak Allah. Keyakinan orang-orang beriman terus mendalam karena mereka mengikuti Maryam sebagai contoh dan mencoba untuk meniru karakternya.
BAGAIMANA MASYARAKAT KAFIR MEMANDANG WANITA
Semua pengetahuan penting untuk hidup di dunia yang akan mendatangkan keridaan Allah terkandung di Al Quran: hakikat kehidupan di Dunia, mengapa manusia diciptakan, cara mendapatkan kehidupan yang berkecukupan, dan system moralitas yang paling sesuai. Orang-orang yang beriman pada kebenaran ini dan hidup sesuai dengan Al Quran akan menemukan kebahagiaan yang sebenarnya di dunia dan di Akhirat.
Namun, masyarakat kafir tidak memiliki kebenaran dan kekuatan yang sesungguhnya untuk membimbing mereka. Kenyataannya, mereka tidak tahu dari mana nilai mereka berasal, siapa yang menciptakan mereka, serta kapan dan mengapa mereka menjadi norma sosial masyarakat. Aturan ini, yang tidak dapat dipastikan namun dipakai oleh masyarakan secara keseluruhan, merupakan warisan dari nenek moyang mereka. Faktanya, semua nilai-nilai, idealisme, dan dasar sosial masyarakat kafir didasarkan pada tradisi, yang juga dikenal sebagai cara-cara nenek moyang. Setiap orang memiliki posisi tetap berdasarkan status sosial, jenis kelamin, keyakinan, keadaan, dan gaya hidup.
Posisi wanita ditentukan oleh kriteria tetap ini dan kepercayaan yang dominan. Dalam sebagian masyarakat, wanita dianggap memiliki jiwa yang lemah dibanding pria, hanya karena mereka lemah secara fisik. Secara mengejutkan, banyak orang benar-benar percaya kebohongan ini karena kesalahan dan ide yang jelas-jelas tidak masuk akal bahwa kepribadian, moralitas dan kemampuan wanita terbatas dalam proporsi langsung ke tubuh kurus. Sebagai contoh, berbagai kegiatan diklasifikasikan sebagai pekerjaan pria atau pekerjaan wanita. Jelas, perbedaan kekuatan dan bentuk fisik mereka sedikit berdampak pada tugas yang mereka kerjakan. Namun dalam masyarakat kafir, pembedaan ini didasarkan pada kefanatikan tertentu yang mereka anggap kelemahan dalam intelektual dan bakat.
Wanita modern, melalui kemampuan dan pencapaian mereka, telah membantah penyataan bias seperti itu dalam banyak hal. Meskipun demikian, sebagian masyarakat masing menganggap wanita tidak kompeten dalam beberapa hal atau kepercayaan bahwa laki-laki, hanya karena mereka laki-laki, dapat melakukan pekerjaan dengan lebih baik.
Banyak orang juga keliru meyakini bahwa wanita memiliki karakter yang lemah dibandingkan pria. Dalam masyarakat kafir, mereka begitu saja menganggap bahwa wanita mudah panic dan kehilangan kendali, sedangkan pria selalu tetap santai dan tenang. Atau, dalam keadaan sukar, pria dikatakan menunjukkan karakter yang sangat kuat, sedangkan wanita menanggapinya dengan kepasrahan. Para gadis dikondisikan sesuai dengan anggapan ini sejak awal masa kanak-kanak. Keluarga, yang memberikan karakter kuat untuk anak laki-laki, mengondisikan anak perempuan dengan perlakuan karakter yang berbeda. Saat menghadapi masalah, anak laki-laki selalu diberitahu untuk tidak menangis, berperilaku layaknya seorang pria, jadilah pemberani, jangan jadi penakut seperti gadis kecil, kamu menangis seperti gadis kecil. Anak perempuan juga diberitahu bahwa mereka berbeda dari anak laki-laki dan juga mereka harus bersikap sesuai dengan itu.
Dalam masyarakat seperti itu, pekerjaan dan tanggung jawab perempuan terbatas di area tertentu. Sebagai akibat kefanatikan ini, kebanyakan masyarakat masih mendiskriminasikan perempuan. Pandangan terhadap perempuan yang menyesatkan telah terungkap dengan sendirinya dalam berbagai cara. Terutama di masa lalu, wanita mengalami perlakuan biadab. Misalnya, Allah mengungkapkan bahwa wanita dianggap sangat tidak berarti di beberapa masyarakat di mana ayah mereka mengubur mereka hidup-hidup segera setelah mereka lahir:
… dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah dia dibunuh. (Surat at-Takwir: 8-9)
Dalam ayat lain, Allah berbicara kepada orang-orang yang marah setelah mengetahui bahwa anak mereka yang baru lahir adalah perempuan dan malu bersembunyi dari kaum mereka:
Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)?. Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu! (Surat an-Nahl: 58-59)
Allah juga mengungkapkan bahwa orang-orang seperti itu mengganggap anak perempuannya menjadi barang cantik yang tidak mampu berdiri sendiri:
Padahal apabila salah seorang di antara mereka diberi kabar gembira dengan apa yang dijadikan sebagai misal bagi Allah Yang Maha Pemurah; jadilah mukanya hitam pekat sedang dia amat menahan sedih. “Dan apakah patut orang yang dibesarkan dalam keadaan berperhiasan sedang dia tidak dapat memberi alasan yang terang dalam pertengkaran!” (Surat az-Zukhruf: 17-18)
Melalui para Nabi-Nya, Allah mendidik orang-orang seperti itu tentang asal mula kesalahan pandangan prasangka ini. Terima kasih kepada para Nabi dan berkembangnya Islam di antara masyarakat, pandangan bodoh dan tercela ini telah benar-benar dikekang.
Allah mengingatkan manusia bahwa apapun yang mereka miliki datangnya dari Allah: "Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendakiatau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa." (Surat ash-Shura: 49-50). Anak-anak perempuan dan laki-laki adalah anugrah dari Allah yang harus disyukuri setiap orang.
Sepanjang sejarah, banyak masyarakat menerima sikap menyesatkan tersebut terhadap perempuan. Namun, kenyataan yang penting harus diabaikan: Sayangnya, moralitas, perilaku, dan kepribadian beberapa wanita membantu menyebarkan dan membenarkan tradisi bodoh ini dengan membuktikan bahwa ini benar.
Islam menyanggah pandangan fanatic ini dengan menyatakan bahwa semua Muslim, yang berarti laki-laki dan perempuan, memiliki ketajaman pikiran, kemampuan pemahaman yang tinggi, kekuatan karakter yang besar, dan akal bermoral yang mulia. Maryam dan istri Firaun merupakan contoh terbaik dari kebenaran ini.
Di laman-laman berikutnya, kita akan membahas secara singkat kebodohan yang mencegah perempuan terlepas dari tradisi yang merusak ini dan menerapkan moralitas keagamaan yang mulia, serta menunjukkan perbedaan karakter antara perempuan Muslimah dengan perempuan kafir
(id.harunyahya.com)
Friday, November 1, 2013
4:34 PM | Ditulis oleh,
Aswanto Sucahyo
Kepingan-kepingan tembikar yang baru-baru
ini ditemukan oleh para pakar ilmu purbakala di Gua Yuchanyan di Cina
telah sekali lagi merobohkan pemikiran evolusionis mengenai sejarah.
Menurut sebuah laporan di BBC News, usia pecahan-pecahan tersebut yang
telah ditentukan dengan menggunakan 40 macam teknik Karbon-14 yang
berbeda berkisar antara 17.500 dan 18.300 tahun. Keberadaan periuk setua
itu merupakan sebuah kekalahan
penuh, dalam istilah evolusinis, karena mereka menyatakan bahwa manusia memulai kehidupan beradab dan menetap pada masa yang mereka sebut sebagai Zaman Batu.
Evolusonis menyatakan bahwa manusia pertama adalah makhluk setengah-kera yang bentuk tubuh dan kemampuan akalnya berkembang seiring dengan perjalanan waktu, bahwa mereka mendapatkan keterampilan baru, dan bahwa peradaban berevolusi disebabkan oleh hal tersebut.
Menurut pernyataan ini, yang didasarkan pada ketiadaan bukti ilmiah apa pun, nenek moyang purba kita yang diduga ada itu menjalani hidup sebagai binatang, lalu menjadi beradab hanya setelah mereka menjadi manusia, dan menunjukkan kemajuan budaya seiring dengan bertambah majunya kemampuan akal mereka.
Gambar-gambar khayalan dari apa yang disebut sebagai Manusia purba, dengan tubuh yang seluruhnya tertutupi bulu binatang, atau sedang membuat api sembari jongkok di bawah kulit binatang, tengah berjalan di sepanjang tepi wilayah perairan sembari memanggul hewan yang baru saja dibunuh, atau sedang berusaha berkomunikasi dengan sesamanya menggunakan gerakan isyarat dan bersungut-sungut, adalah gambar rekayasa yang dilandaskan pada pernyataan tidak ilmiah ini.
penuh, dalam istilah evolusinis, karena mereka menyatakan bahwa manusia memulai kehidupan beradab dan menetap pada masa yang mereka sebut sebagai Zaman Batu.
Evolusonis menyatakan bahwa manusia pertama adalah makhluk setengah-kera yang bentuk tubuh dan kemampuan akalnya berkembang seiring dengan perjalanan waktu, bahwa mereka mendapatkan keterampilan baru, dan bahwa peradaban berevolusi disebabkan oleh hal tersebut.
Menurut pernyataan ini, yang didasarkan pada ketiadaan bukti ilmiah apa pun, nenek moyang purba kita yang diduga ada itu menjalani hidup sebagai binatang, lalu menjadi beradab hanya setelah mereka menjadi manusia, dan menunjukkan kemajuan budaya seiring dengan bertambah majunya kemampuan akal mereka.
Gambar-gambar khayalan dari apa yang disebut sebagai Manusia purba, dengan tubuh yang seluruhnya tertutupi bulu binatang, atau sedang membuat api sembari jongkok di bawah kulit binatang, tengah berjalan di sepanjang tepi wilayah perairan sembari memanggul hewan yang baru saja dibunuh, atau sedang berusaha berkomunikasi dengan sesamanya menggunakan gerakan isyarat dan bersungut-sungut, adalah gambar rekayasa yang dilandaskan pada pernyataan tidak ilmiah ini.
![]() |
Contoh tembikar yang ditemukan di Gua Yuchanyan pada tahun 1995 |
amun, temuan-temuan purbakala yang
dihasilkan hingga kini dari Zaman Batu, di mana evolusionis menyatakan
bahwa “manusia waktu itu baru saja belajar berbicara”, menunjukkan bahwa
manusia di masa itu sudah menjalani hidup berkeluarga, melakukan bedah
otak dan memahami seni lukis dan musik.
Oleh karena serpihan periuk berusia sekitar 18.000 tahun yang ditemukan di Gua Yuchanyan di Cina juga menampakkan tanda-tanda kehidupan yang berperadaban, maka ini pun membantah “urutan zaman-zaman sejarah” karangan evolusonis. Kepingan-kepingan mangkuk ini, yang usianya ditetapkan antara 17.500 dan 18.300 tahun, adalah sisa-sisa peninggalan tembikar tertua yang pernah ditemukan. Menurut pernyataan evolusionis, manusia semestinya belum menjalani hidup menetap di masa yang disebut sebagai Zaman Batu, dan mestinya hidup di gua-gua sebagai pemburu purba yang menggunakan perkakas yang terbuat dari batu.
Namun temuan-temuan purbakala secara ilmiah membuktikan justru sebaliknya. Pecahan-pecahan barang yang terbuat dari tanah liat yang ditemukan di Gua Yuchanyan itu secara telak menyingkap ketidakabsahan pernyataan evolusonis, yang sejatinya tidak lebih dari khayalan.
Biji-bijian padi juga ditemukan di gua yang sama di tahun 2005. Secara keseluruhan, temuan-temuan ini menunjukkan bahwa manusia yang hidup 18.000 tahun lalu telah bertani dan hidup berperadaban sebagaimana yang dilakukan manusia masa kini.
Kemajuan dan temuan seperti ini yang terjadi di cabang-cabang ilmu pengetahuan seperti arkeologi dan antropologi menyingkapkan bahwa “gagasan evolusi budaya dan masyarakat manusia” adalah sesuatu yang palsu. Temuan yang dihasilkan selama penggalian-penggalian purbakala dengan jelas menampakkan bahwa sejarah ditafsirkan oleh para ilmuwan Darwinis berdasarkan prasangka ideologi materialis. Dongeng “Zaman Batu” tidaklah lebih dari upaya kalangan materialis dalam rangka menampilkan manusia sebagai sebuah makhluk hidup yang berevolusi dari binatang yang tidak berakal dan memaksakan dongeng yang mereka yakini ini pada ilmu pengetahuan.
Oleh karena serpihan periuk berusia sekitar 18.000 tahun yang ditemukan di Gua Yuchanyan di Cina juga menampakkan tanda-tanda kehidupan yang berperadaban, maka ini pun membantah “urutan zaman-zaman sejarah” karangan evolusonis. Kepingan-kepingan mangkuk ini, yang usianya ditetapkan antara 17.500 dan 18.300 tahun, adalah sisa-sisa peninggalan tembikar tertua yang pernah ditemukan. Menurut pernyataan evolusionis, manusia semestinya belum menjalani hidup menetap di masa yang disebut sebagai Zaman Batu, dan mestinya hidup di gua-gua sebagai pemburu purba yang menggunakan perkakas yang terbuat dari batu.
Namun temuan-temuan purbakala secara ilmiah membuktikan justru sebaliknya. Pecahan-pecahan barang yang terbuat dari tanah liat yang ditemukan di Gua Yuchanyan itu secara telak menyingkap ketidakabsahan pernyataan evolusonis, yang sejatinya tidak lebih dari khayalan.
Biji-bijian padi juga ditemukan di gua yang sama di tahun 2005. Secara keseluruhan, temuan-temuan ini menunjukkan bahwa manusia yang hidup 18.000 tahun lalu telah bertani dan hidup berperadaban sebagaimana yang dilakukan manusia masa kini.
Kemajuan dan temuan seperti ini yang terjadi di cabang-cabang ilmu pengetahuan seperti arkeologi dan antropologi menyingkapkan bahwa “gagasan evolusi budaya dan masyarakat manusia” adalah sesuatu yang palsu. Temuan yang dihasilkan selama penggalian-penggalian purbakala dengan jelas menampakkan bahwa sejarah ditafsirkan oleh para ilmuwan Darwinis berdasarkan prasangka ideologi materialis. Dongeng “Zaman Batu” tidaklah lebih dari upaya kalangan materialis dalam rangka menampilkan manusia sebagai sebuah makhluk hidup yang berevolusi dari binatang yang tidak berakal dan memaksakan dongeng yang mereka yakini ini pada ilmu pengetahuan.
(id.harunyahya.com)
Thursday, October 31, 2013
11:01 AM | Ditulis oleh,
Aswanto Sucahyo
Apa yang muncul di benak kita ketika
melihat wajah putih kekuningan dengan mata yang sipit? maka biasanya
yang terbetik di benak kita adalah: kafir, musyrik, penjajah, pelit,
egois, perebut harta pribumi, koruptor, penjual narkoba dan lain-lain.
Well, that’s acceptable, kenapa? karena fakta itulah yang mungkin selalu
terlihat oleh ummat muslim di Indonesia, sehingga beberapa orang yang
berpandangan sempit lalu membenci warga keturunan Cina di negeri mereka
tanpa alasan dan dalil yang jelas.
Nah, kali ini kita akan sedikit
memperluas pandangan dan me-rekonstruksi perasaan kita tentang orang
keturunan Cina ini, karena ternyata Islam bukanlah agama yang asing bagi
warga Cina, tidak seperti daerah lain yang muslimnya masih didominasi
oleh warga keturunan arab, muslim Cina tersusun dari warga asli mereka
sama banyaknya dengan warga pendatang dari keturunan arab.

Asal Mula Islam di Negeri Cina
Interaksi antara Cina dan Arab
sebenarnya sudah terjadi jauh sebelum Islam ada di dunia, sekitar abad
ke-1 dan ke-2, Arab termasuk tempat persinggahan para pedagang jalur
sutera (silk road) untuk berjual beli. Jalur sutera ini terbentang dari
Cina sampai ke Konstantinopel. Karena itulah muncul ungkapan arab
“tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina”, karena pada waktu itu Cina
menjadi tempat yang sangat terkenal karena termasuk negeri yang sangat
maju peradabannya.


Ketika masa khalifah Utsman bin Affan,
beliau meminta kepada paman rasulullah Sa’ad bin Abi Waqqash secara
pribadi untuk membangun hubungan dengan negara Cina dengan misi
mendakwahkan agama Islam, dan shahabat Sa’ad diterima dengan sangat baik
oleh Kaisar Gaozong yang memimpin dinasti Tang, ketika itu Cina
mencapai kejayaan peradaban sehingga sangat mudah menerima Islam.
Setelah menerima Sa’ad bin Abi Waqqash, kaisar memerintahkan untuk
membangun masjid di kota Guangzhou untuk menjadi kenangan dan tanda
sepakatnya kepada Islam, dan masjid ini masih berdiri sampai sekarang
dan dikenal sebagai masjid Huaisheng (Memorial Mosque).
Islam terus berkembang pada masa dinasti
Tang, dinasti Song dan dinasti Yuan, bahkan perkembangan ini sangat
menggembirakan, kaum muslim di Cina menguasai perdagangan impor dan
ekspor lewat jalur sutera darat maupun laut, sehingga mereka selalu
menjabat sebagai direktur jenderal pelayaran. Pada masa dinasti Yuan,
perkampungan awal muslim di Cina disebut dengan Huihui, yang berarti
tengah-tengah, dari sinilah akhirnya muncul etnis Hui di Cina, etnis
yang dominan beragama Islam yang puritan. Peran kaum muslim semakin
besar pada dinasti Yuan, nereka dipekerjakan sebagai pegawai
administrasi negara, perpajakan, astronomi, penanggalan dan arsitektur.
Bahkan pada masa itu peradaban Islam
tumbuh pesat dan mewarnai kota-kota yang ada di Cina, juga mewarnai gaya
hidup orang Cina, dalam kungfu pun, di Cina dikenal kungfu aliran
muslim yang hanya diwariskan di pesantren-pesantren dan turun-temurun
diantara kaum muslim yang terkenal akan harga dirinya.
Puncak Kejayaan Peradaban Islam di Cina
Puncak peradaban Islam di Cina tercapai
ketika masa pemerintahan dinasti Ming, bahkan sejarah menyebutkan 6
jenderal yang paling dipercaya kaisar pertama dinasti Ming adalah
muslim. Termasuk diantara jenderal ini adalah Lan Yu Who yang
menghentikan serangan tentara Mongol di Tembok Cina dan mengakhiri
impian Mongol untuk menduduki Cina. Pada masa dinasti Ming ini pula,
Laksamana Zheng He diperintahkan kaisar untuk melakukan 7 ekspedisi ke
samudera Hindia pada tahun 1405 – 1433.

Zheng He atau yang lebih dikenal dengan
nama Cheng Ho, mempunyai nama asli Ma San Bao adalah seorang Cina
Muslim, bangsawan etnis Hui. pada tahun 1405 dia memimpun armada laut
yang terdiri dari 62 kapal induk yang berukuran 126 x 52 m (seukuran
lapangan sepakbola), dan sekitar 190 kapal pendukung dan total 27.000
awak kapal .
Menurut beberapa literatur, ekspedisi
Zheng He tidak hanya mebawa misi dari kaisar, tetapi dia juga memiliki
misi tersendiri yang lebih mulia, yaitu menyebarkan Islam. Ma Huan,
seorang muslim yang menemani Zheng He sebagai penerjemah dan penulis
pribadi, dalam bukunya ‘The Overall Survey of the Ocean Shores’
(Chinese: 瀛涯勝覽) yang ditulis pada tahun 1416, menjelaskan secara detail
tentang tempat-tempat yang disinggahinya, dan menuliskan bahwa Zheng He
kerap mengunjungi masjid, memberikan dakwah secara intensif pada
tempat-tempat yang dikunjunginya, membangun komunitas muslim disana,
lalu membangun masjid untuk mereka.
Tokoh agama HAMKA juga mengatakan
“Perkembangan islam di Indonesia dan Malaysia mempunyai pengaruh yang
sangat kuat dengan Muslim Cina, Laksamana Zheng He” . Cendekiawan Slamet
Muljana menambahkan: “Zheng He membangun komunitas muslim Cina
pertamakali di Palembang , kemudian di Kalimantan Barat, kemudian di
Jawa, the Selat Malaka lalu ke Filipina”.
Namun pada akhir pemerintahan dinasti
Ming, populasi muslim di Cina dibatasi, dan ketika pemerintahan dinasti
Qing, kaum muslim mendapatkan perlakuan yang sangat buruk, kaum muslim
tidak diperbolehkan untuk menyembelih hewan kurban, membangun masjid
yang baru, dan dilarang untuk berhaji ke Makkah serta menerapkan politik
belah bambu di kalangan etnis di Cina. Pemerintahan yang represif ini
membuahkan 5 pemberontakan suku Hui (muslim) yang mendapatkan tekanan
dalam melaksanakan ibadah mereka, untuk menekan penduduk muslim, dinasti
Qing membunuh sekitar 7 juta penduduk muslim pada tahun 1855 – 1877.
Dinasti Qing: Awal Mula Penderitaan Muslim Cina
Setelah runtuhnya dinasti Qing, Sun Yat
Sen memproklamasikan berdirinya Republik Cina, yang diikuti dengan
pengambilalihan Republik Cina menjadi Republik Rakyat Cina oleh Mao
Zedong. Dalam kedua rezim ini kaum muslim mengalami tekanan dan
penindasan serta perlakuan diskriminatif yang lebih besar. Dalam
Revolusidi Cina, banyak masjid dihancurkan dan ditutup dan al-Qur’an
dimusnahkan .
Inilah beberapa catatan kekerasan,
penindasan dan perlakuan tidak adil terhadap kaum muslim, terutama
muslim uighur yang ada di xinjiang, secara etnis mereka sangat berbeda
dan lebih dekat dengan ras eropa timur, dan menggunakan bahasa turki,
oleh karena inilah muslim uighur diperlakukan sebagai warga negara kelas
dua .
pada tahun 2009, penguasa Cina menutup 6
sekolah Islam dan menyita buku-buku, tulisan, compact disk, dan rekaman
audio, serta menangkap 39 muslim
selama 2008, sekitar 1.300 Muslim uighur ditangkap otoritas cina. Bahkan, 17 orang di antaranya dijebloskan ke penjara Guantanamo.
selama 2008, sekitar 1.300 Muslim uighur ditangkap otoritas cina. Bahkan, 17 orang di antaranya dijebloskan ke penjara Guantanamo.
Anak-anak dibawah 18 tahun dilarang
untuk mempelajari dan mempraktikkan Islam. Anak-anak yang menghadiri
masjid akan dikeluarkan dari sekolah.
Shalat jum’at harus menggunakan teks pemerintah, imam ditunjuk pemerintah dan absen shalat jum’at diberikan kepada PKC (Partai Komunis Cina).
Shalat jum’at harus menggunakan teks pemerintah, imam ditunjuk pemerintah dan absen shalat jum’at diberikan kepada PKC (Partai Komunis Cina).
Di bulan Agustus 2006, polisi menggrebek
rumah Aminan Momixi, ketika wanita ini sedang mengajarkan al Quran
kepada 37 muridnya. Anak-anak ini tidak dilepaskan hingga orang tuanya
membayar denda yang tinggi sekali, sekitar 7000-10000 Yuan – rata-rata
gaji per tahun warga uighur adalah 2400 Yuan.
Xinjiang Daily melaporkan bahwa di tahun
2005, 18.227 penduduk di Xinjiang ditahan karena mengancam keamanan
negara angka ini naik 25% dari angka tahun 2004
Arus migrasi etnis han oleh pemerintah
cina mencapai angka rata-rata 200 ribu orang/tahun. Pada tahun 1936
partai Kuomintang (republik Cina) memperkirakan penduduk muslim ada 48
juta jiwa, namun semenjak Mao Zedong berkuasa dengan PKC maka jumlah itu
tinggal 10 juta jiwa.
PKC menutup paksa sebanyak 29.000 masjid
di Cina. Di bidang pendidikan sejumlah sekolah Islam ditutup dan
sekitar 360 ribu muslim yang ditangkap karena bersekolah di sekolah
Islam.
digulirkan kampanye “strike hard” pada 1996, mencakup kebijakan memperketat pengendalian terhadap kegiatan agama, pembatasan pergerakan orang dan tidak menerbitkan paspordan menahan orang-orang yang didicurigai mendukung separatis dan anggota keluarga mereka.
digulirkan kampanye “strike hard” pada 1996, mencakup kebijakan memperketat pengendalian terhadap kegiatan agama, pembatasan pergerakan orang dan tidak menerbitkan paspordan menahan orang-orang yang didicurigai mendukung separatis dan anggota keluarga mereka.
Xinjiang: Penderitaan Muslim di Tanah Penuh Berkah
Tekanan dan kedzaliman yang dilakukan
oleh pemerintah Cina semenjak tahun 1911 – 1949 dalam pemerintahan
Republik Cina dan 1949 – sekarang oleh RRC membuat muslim uighur maupun
muslim hui menjadi sangat gerah. Di Xinjiang, walaupun daerah tersebut
sangat kaya dengan minyak dan pariwisatanya, namun penduduk uighur hidup
dalam kemiskinan dan tekanan dalam ibadah mereka. Pemerintah Cina
seolah-olah ingin mengatakan “Kami mau harta di Xinjiang tetapi tidak
menginginkan orang-orang uighur”. Akumulasi tekanan dan penindasan
inilah yang menjadi cikal bakal kerusuhan-kerusuhan di Xinjiang,
termasuk terakhir yang terjadi 5 Juli 2009 lalu.
Tercatat sekitar 184 orang meninggal
1434 orang dipenjara dan 1680 lainnya terluka dalam bentrok aparat
dengan muslim uighur. Dan yang lebih parah lagi, setelah kejadian itu,
pemerintah Cina seolah membiarkan ketika kejadian ini berganti menjadi
kerusuhan etnis. Setelah pemerintah dan aparat keamanan yang menghabisi
etnis uighur, giliran suku Han yang dipancing untuk menghabisi etnis
uighur, dan ini dibiarkan begitu saja oleh pemerintah Cina. Lebih
menuakitkan lagi, sampai sekarang aparat Cina mengepung kota Urumqi
dengan tentara yang sangat banyak dan melarang shalat jum’at bagi orang
muslim uighur.
Bagaimana reaksi Indonesia dalam kasus
ini? seperti biasa dan seperti yang sudah kita saksikan pada kasus
Muslim Palestina yang dibantai Israel dan Muslim Rohingya yang disiksa
Myanmar dan Thailand, yaitu pemerintah RI memutuskan untuk tidak ikut
campur. Dubes RI untuk Cina, Sudrajat menyampaikan “Apa yang terjadi di
Xinjiang adalah urusan dalam negeri China dan kita menghormati
kedaulatannya dan tidak akan campur tangan masalah itu.” (Antara, 12/7/2009)
Padahal mereka telah menyaksikan:
Seorang mukmin terhadap mukmin (lainnya) bagaikan satu bangunan, satu sama lain saling menguatkan (HR. Bukhari dan Muslim).
Umat Muslim adalah satu ummat satu sama
lain tanah mereka adalah satu, perang mereka adalah satu, perdamaian
mereka adalah satu dan kebenaran mereka adalah satu (HR. Muslim).
Perumpamaan orang-orang beriman dalam
hal saling mencintai, mengasihi, dan saling berempati bagaikan satu
tubuh. Jika salah satu anggotanya merasakan sakit maka seluruh tubuh
turut merasakannya dengan berjaga dan merasakan demam (HR. Muslim).
Akar Masalah dan Solusi
Setidaknya ada 2 kemungkinan sebab kejadian kerusuhan Xinjiang ini terjadi:
1. Penindasan terhadap muslim
Xinjiang dan ketidakadilan dari pemerintah Cina adalah suatu hal yang
wajar ketika kita mengetahui bahwa Xinjiang adalah wilayah yang sangat
kaya. Xinjiang menguasai 20 persen cadangan potensial minyak di Cina,
dan pemerintah Cina telah mengeluarkan laporan bahwa Xinjiang akan
menjadi pusat industri mintak Cina dalam 10 tahun kedepan. Selain itu
pemerintah Cina memperoleh pendapatan dari pariwisata rata-rata Rp. 15
trilliun/tahun . Sehingga pemerintah Cina perlu untuk merantai Xinjiang
dengan cara melakukan penindasan-penindasan dan migrasi penduduk etnis
han kesana.
2. Amerika berkepentingan untuk
menjaga stabilitas di asia dengan cara mengurung cina (containing China)
dan menjaga agar jangan sampai negara-negara yang mengelilingi Cina
(Pakistan, Afghanistan, Kyrgistan, Uzbekistan, termasuk Tibet dan
Xinjiang) berada dalam pengaruh Cina. Oleh karena itu, AS pasti akan
selalu menyulut api pertikaian disini seperti yang jelas-jelas
dilakukannya kepada Kashmir, Tibet, Pakistan dan Afghanistan saat ini.
Semua ini didasarkan pada ketakutan AS atas prediksi Samuel Huntington
dalam bukunya Clash of Civilization: Remaking the World Order, bahwa
tantangan paling serius bagi hegemoni Amerika pada masa mendatang adalah
revivalisme Islam dan peradaban Cina. Hal ini juga ditegaskan oleh Will
Hutton, seorang ekonom dan juga think-tank para pemimpin AS yang
menyampaikan bahwa Islam radikal merepresentasikan tantangan terbesar
bagi peradaban Barat setelah runtuhnya fasisme dan Komunisme. Senada
dengan itu, Michael Buriyev, Ketua Parlemen Rusia seolah memperingatkan
AS dengan prediksinya bahwa dunia sedang menuju menjadi 5 negara besar:
Rusia, Cina, Khilafah Islam, Konfederasi Dua Amerika, dan India jika
India bisa bebas dari cengkraman Islam yang mengurungnya. Maka AS tidak
akan mau kecolongan dengan Cina dan Khilafah, maka ia terus menghambat
kemungkinan keduanuya untuk muncul.
Semua ini harusnya memberikan kita
sebuah gambaran yang sangat jelas, tentang apa yang bisa menyelesaikan
permasalahan di Xinjiang. dan memberikan petunjuk yang sharih tentang
apa yang harus kita lakukan sebagai kewajiban kita yang paling besar dan
utama. Maka urusan ini adalah Khilafah Islamiyyah. Sungguh semua solusi
telah dicoba dan diterapkan dan ternyata menghasilkan hasil nol besar.
Hanya persatuan kaum muslim dalam bingkai Khilafah Islam yang secara
teoritis dan praktis bisa menyelesaikan permasalahan yang dialami oleh
kaum muslim dimanapun mereka berada.
Mari kita merenung sejenak. Idul Fitri
tahun 2008 lalu, saya sempat bertemu dengan saudara-saudara saya dari
Xinjiang, mereka menyampaikan betapa parahnya keadaan di tempat mereka,
bayangkan saja, untuk “nyantri” Islam mereka harus menempuh perjalanan
sampai ke Indonesia, Yaman ataupun negeri-negeri lain. Yang ketika
mereka kembali ke negerinya, mereka baru boleh berdakwah jika sesuai
dengan keinginan PKC. Mereka menyampaikan kepada saya perihal pelarangan
shalat jum’at, pelarangan shalat ied, melarang untuk mengadakan halqah
dan sejenisnya, dan banyak lagi tekanan yang mereka dapatkan bila mereka
dicurigai pemerintah Cina, dan bukan hanya mereka yang ditangkap,
tetapi keluarga mereka yang jadi korban
Sekarang bandingkan dengan kita, bila
kita tidak suka dengan suatu hukum kufur dan thaghut, bila kita merasa
sesuatu tidak syar’I, bila kita merasa Islam dihina: KITA BISA BERGERAK! KITA BISA BERBICARA!
tapi kenapa kita masih mengunci mulut kita dengan sejuta alasan, dan
memberatkan kaki dan tangan kita dengan batu-batu cinta dunia dan takut
mati?! Apakah surga sudah menjadi pertukaran yang murah?! haruskah
sampai ada senapan dan bedil didepan mata kita baru kita akan bergerak?
haruskah ketika Izrail menjemput kita baru bersedia berbicara?!
STAND UP FOR ISLAM! NOW!
sumber:http://felixsiauw.com/home/islam-in-china/
Subscribe to:
Posts (Atom)